Muktamar Minoritas

Oleh: Dahlan Iskan

Muktamar Minoritas
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Gus Yahya pun menjadi ketua umum PBNU yang baru –di usia 55 tahun. Itu tiga tahun lebih muda dibanding saat Said Aqil Siroj pertama terpilih sebagai ketua umum, 11 tahun yang lalu.

Pemilihan ketua umum di Lampung itu bukan baik lawan buruk. Juga bukan baik lawan baik.

Itu sangat baik lawan sangat baik. Bedanya: Said Aqil Siroj sudah membuktikannya. Begitu banyak universitas NU berdiri.

Begitu sukses lobinya di bidang politik –sampai bisa menjadikan ulamanya menjadi wakil presiden: KH Ma'ruf Amin. Pun begitu berkibar perjuangan sosialnya: memoderatkan Islam. Lewat gerakan Islam Nusantara.

Gus Yahya masih akan membuktikan kesuksesannya. Setidaknya track record Gus Yahya sangat jelas: berhasil mengubah Gerakan Pemuda Ansor –organisasi pemuda di bawah NU.

Gus Yahya membangunnya. Membesarkannya. Maka, setidaknya sebagian tugasnya sebagai ketua umum di NU sudah ia selesaikan.

Selebihnya masih banyak yang beliau programkan: ekonomi umat lewat network –istilah yang dipakai beliau: outlet–cabang-cabang NU se Indonesia.

Namun yang paling banyak dibicarakan ialah keinginannya ini: independensi NU dari partai politik –dengan istilah kembali ke khitah. Tantangan terdekatnya: Pileg dan Pilpres 2024.

Incumbent Ketua Umum KH Said Aqil Siroj kalah. Incumbent Katib Aam PBNU KH Yahya Staquf atau Gus Yahya menang di Muktamar NU.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News