Mulyono si Penggembala Lebah Madu, Raup Rp 24 Juta Sekali Panen

Metode ini memang cukup menyedot biaya. Sebab dirinya memang perlu menyewa truk untuk mengangkut kotak-kotak sarang lebah ke lokasi tujuan.
”Sekali diangon ya bisa sampai dua atau tiga bulan sesuai dengan masa mekarnya bunga,” ungkap Mulyono.
Selain besarnya biaya, lokasi menganggon yang nomaden juga memunculkan risiko lain. Koloni lebah yang mencapai jumlah 15 ribu ekor itu juga rawan dicuri orang. Namun besarnya risiko itu terbanyar dengan hasil yang dia peroleh.
Untuk sekali panen, Mulyono mengaku bisa menghasilkan tiga kwintal madu dari 100 kotak sarang lebah.
Dalam sekali panen, pria kelahiran Yogyakarta 1953 ini bisa meraup omzet hingga Rp 24 juta. Tak hanya madu, beragam olahan lain juga dia produksi seperti bipolan, hingga lilin dari sarang lebah.
Keberhasilan itu membuatnya kini dipercaya menjadi Ketua Kelompok Tani Hutan Lebah An Nahl Hasil Hutan Bukan Kayu (KTH HHBK) Desa Ketapang, Lamsel di bawah binaan Dinas Kehutanan kabupaten setempat. Kini anggota kelompok tani itu sudah lebih dari 10 peternak.
Kini, metode ngangon lebah bahkan juga menjadi bahan penelitian sejumlah mahasiswa dari dalam dan luar negeri.
Tidak itu saja, terobosannya itu sempat pula diikutsertakan pada lomba Badan Ketahanan Pangan (BKP).
Pemeliharaan lebah madu kini sudah menggunakan metode menggembala, sebagaimana ternak sapi atau kambing. Metode ini belakangan banyak ditiru karena
- Balai Ternak BAZNAS Berdayakan Peternak Mustahik di Sleman
- Susu Mbok Darmi Gelar Gathering dengan Mitra Peternak
- Dari Mustahik Jadi Muzaki! 59 Peternak Binaan BAZNAS Naik Kelas
- Pakar Ekonomi: Bea Masuk Beri Kesempatan Produsen Susu Lokal untuk Tumbuh
- Pemerintah Terus Mendorong KUR yang Hampir 10 Tahun Berjalan untuk Usaha Produktif
- Dorong Kemandirian Ekonomi, PT Nippisun Serahkan Bantuan Kambing dan Edukasi Ternak ke Masyarakat