Muncul Wacana Presiden 3 Periode, Jamiluddin: Masa Kegelapan Akan Kembali
jpnn.com, JAKARTA - Komunitas sukarelawan bernama Jok- Pro 2024 menginginkan Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto berpasangan pada Pilpres 2024 untuk mencegah polarìsasi ekstrem di Indonesia pasca-pilpres sebelumnya.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga menilai kehawatiran Jok-Pro 2024 itu tampaknya sangat spekulatif.
Sebab, polarisasi ekstrem pendukung Jokowi dan Prabowo yang dikenal dengan cebong dan kampret itu seharusnya sudah teratasi dengan bergabungnya Prabowo ke Pemerintahan Jokowi.
Selain itu, bergabungnya Sandiaga Uno ke Pemerintahan Jokowi juga seharusnya semakin melenyapkan polarisasi tersebut.
"Nyatanya, cebong dan kampret tetap saja bertarung di media sosial. Cebong dan kampret terus berhadap-hadapan dalam konfrontasi yang terkesan tidak berujung," kata Jamiluddin kepada JPNN.com, Minggu (20/6).
Penulis buku Perang Bush Memburu Osama itu melihat masalah polarisasi anak bangsa tidak akan selesai hanya karena menyatukan Jokowi dan Prabowo sebagai pemimpin Indonesia.
Pasalnya, mereka saat itu memilih Jokowi bisa saja karena tidak menyukai Prabowo. Mereka memilih Jokowi semata karena tidak ada pilihan lain.
Sebaliknya, yang memilih Prabowo juga kemungkinannya sama. Mereka memilih Prabowo bisa saja karena memang tidak menyukai Jokowi.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga menilai kehawatiran Jok-Pro 2024 terkait keinginan berpasangan pada Pilpres 2024 hanya meloloskan presiden tiga periode
- Pakar Politik Menyamakan Jokowi dengan Pembunuh Berdarah Dingin, Ini Sebabnya
- Beredar Surat Instruksi Prabowo untuk Pilih Ridwan Kamil, Ini Penjelasannya
- Jokowi Aktif Mendukung Paslon Tertentu, Al Araf: Secara Etika Itu Memalukan
- Al Araf Nilai Jokowi Memalukan Turun Kampanye di Pilkada 2024
- Anggap Maruarar Sirait Main SARA di Jakarta, Chandra: Belum Move On dari Rezim Jokowi
- Prabowo Bertemu MBZ, Targetkan Investasi Dagang Rp 158 Triliun