Munir di Mata Dua Anaknya, 8 Tahun setelah Dibunuh

Munir di Mata Dua Anaknya, 8 Tahun setelah Dibunuh
Munir di Mata Dua Anaknya, 8 Tahun setelah Dibunuh
Suciwati yang tampak murung tidak langsung menjawab. Namun, Alif terus mendesak. Wanita yang dinikahi Munir pada 7 Januari 1996 itu pun akhirnya tak kuasa menahan. "Semua orang akan meninggal dunia, Nak," katanya. Keduanya pun berpelukan sembari menangis.

Butuh waktu tak sebentar bagi Alif untuk bisa melupakan kesedihan atas meninggalnya sang abah yang diracun dalam penerbangan menuju Amsterdam, Belanda, pada 7 September 2004 itu. Apalagi, pejuang hak asasi manusia tersebut pergi untuk selamanya ketika sang anak sulung yang Oktober nanti berusia 14 tahun tersebut baru saja menginjak kelas I SD di Jakarta. 

Lewat perjuangan keras, baru lima tahun terakhir inilah pelajar kelas IX MTs Surya Buana Kota Malang itu benar-benar bisa mengikhlaskan kepergian sang abah. "Aku mikirnya waktu itu gak boleh sedih terus, harus bisa tegar biar sekolah bisa berlangsung lancar," katanya kepada Jawa Pos Radar Malang yang menemuinya kemarin di kompleks sekolah, didampingi Kepala MTs Surya Buana Akhmad Riyadi dan pengasuh yayasan bidang perguruan H. Abdul Djalil Zuhri.

Setelah menyelesaikan pendidikan SD di Jakarta, Alif bersama ibu dan adiknya, Diva Suki Larasati, hijrah ke Malang untuk melanjutkan pendidikan SMP. MTs Surya Buana Kota Malang akhirnya dipilih Alif untuk melanjutkan studi. Selain bersekolah, dia memutuskan mondok di Ponpes Surya Buana.

SOULTAN Alif Allende dan Diva Suki Larasati mengenang sang bapak, Munir Said Thalib, dengan cara meneladani ketegaran serta keberaniannya. Alif bercita-cita

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News