Munir, Oh Munir
jpnn.com, JAKARTA - Nama Munir Said Thalib, atau lebih akrab di telinga dengan sebutan Munir, masih dikenang.
Aktivis HAM itu meninggal pada 7 September 2004. Kematiannya masih menjadi misteri.
Munir dinyatakan meninggal dunia pukul 08.10 waktu Belanda di Bandara Schipol Amsterdam atau dua jam sebelum pesawat GA-974 mendarat di Negeri Kincir Angin.
Tiga jam setelah GA-974 lepas landas dari Singapura, awak kabin melaporkan kepada pilot Pantun Matondang bahwa Munir yang duduk di kursi nomor 40 G menderita sakit.
Munir bolak-balik ke toilet. Pilot meminta awak kabin untuk terus memonitor kondisi Munir.
Suami Suciwati itu pun dipindahkan duduk di sebelah seorang penumpang yang kebetulan berprofesi dokter yang juga berusaha menolongnya pada saat itu.
Penerbangan berdurasi 12 jam. Namun, dua jam sebelum mendarat, saat diperiksa, Munir sudah tak bernyawa.
Pada 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda (Institut Forensik Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa arsenik setelah autoopsi.
Tersisa durasi selama satu tahun bagi para penegak hukum untuk menuntaskan kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib.
- Ramses Nilai Rencana Bangun Universitas HAM Sangat Tepat di Indonesia
- Yusril Sebut Kasus 1998 Bukan Pelanggaran HAM Berat
- Pusat Studi Uighur & Pemuda OKI Indonesia Gelar Roadtrip Demi Perjuangkan Kemanusiaan dan HAM
- Erdogan Menginjak-injak HAM di Turki, Parlemen AS Dorong Joe Biden Lakukan Intervensi
- Tiongkok Kembali Merilis Laporan Tahunan Pelanggaran HAM di AS
- Tetap Dukung Israel, Ternyata Amerika Serikat Memang Mendukung Aksi-Aksi Pelanggaran HAM