Munir

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Munir
Ilustrasi, lukisan berwajah aktivis HAM Munir. Foto: dokumen JPNN.Com

Ketika sampai di Schiphol, ia tertidur, mulutnya mengeluarkan cairan, dan ketika dibangunkan badannya sudah dingin tak bernyawa.

Baca Juga:

Pollycarpus yang menjadi aktor dalam skenario pembunuhan jahat ini seharusnya dihukum mati.

Dia hanya dihukum 14 tahun. Setelah menjalani separuh hukumannya, Polly bebas. 

Muchdi Purwopranjono, dikenal sebagai Muchdi PR, Wakil Ketua Badan Intelijen Negara (BIN) ketika itu, diadili. Namun, dinyatakan tidak bersalah dan bebas murni. Muchdi bebas, dan kasus pembunuhan Munir menjadi misteri sampai sekarang.

Munir meninggal dalam usia 39 tahun. Dalam usianya yang masih tergolong muda itu Munir menjadi sosok aktivis demokrasi yang ditakuti sekaligus dibenci.

Badannya yang kurus dan ringkih ternyata menyimpan kekuatan yang bisa mengancam kekuasaan dan oligarki. Tidak ada jalan lain, Munir harus disingkirkan dengan segala cara.

Hidup Munir sangat sederhana. Ke mana-mana dia lebih suka naik sepeda motor. Dari kota kecil Batu, Malang Jawa Timur, Munir menyelesaikan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang.

Ia kemudian aktif di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya pada pertengahan 1990. Sejak bergabung dengan LBH semangat Munir sebagai aktivis demokrasi berkobar-kobar. Ia tidak kenal takut membela kepentingan hukum rakyat kecil.

Munir mendirikan Kontras, tetapi kematiannya sendiri menjadi kontras. Kematiannya tetap misterius sampai sekarang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News