Munir

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Munir
Ilustrasi, lukisan berwajah aktivis HAM Munir. Foto: dokumen JPNN.Com

Pada 1996 Munir hijrah ke Jakarta. Ketika itu situasi politik sudah semakin panas oleh gerakan demokratisasi para aktivis demokrasi dan mahasiswa.

Munir mendirikan Kontras, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan. Sebuah langkah yang benar-benar berani.

Orde Baru sedang berada pada masa-masa matang, dan Munir menantang kekuasaan secara terbuka.

Gerakan reformasi kemudian pecah dan mencapai puncak pada 1998. Banyak aktivis demokrasi yang hilang, ada yang diculik, ada yang menjadi korban penembakan, dan banyak yang hilang begitu saja tanpa jejak.

Penyair kuli bangunan, Widji Thukul, adalah salah satu saja dari aktivis yang hilang tanpa bekas.

Beberapa aktivis demokrasi diculik. Ada yang dibebaskan, tetapi banyak yang akhirnya hilang tidak ketahuan bekasnya.

Munir melakukan investigasi untuk membongkar kejahatan itu. Ada dugaan keterlibatan Tim Mawar yang dipimpin oleh Prabowo Subianto dalam salah satu operasi itu. Dugaan itu tetap menjadi dugaan, sampai akhirnya Munir dihabisi.

Munir mendirikan Kontras, tetapi kematiannya sendiri menjadi kontras. Munir seperti orang hilang yang kematiannya tetap misterius sampai sekarang. Para aktivis demokrasi tanpa kenal lelah menuntut pembunuhan ini diungkap tuntas.

Munir mendirikan Kontras, tetapi kematiannya sendiri menjadi kontras. Kematiannya tetap misterius sampai sekarang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News