Muntah Lagi, Tunda Lagi
Berstatus Terdakwa, Cek Medis Nazar Dibiayai Negara
Rabu, 11 Januari 2012 – 22:02 WIB

Muntah Lagi, Tunda Lagi
JAKARTA - Persidangan kasus suap Wisma Atlet dengan terdakwa M Nazaruddin yang sedianya digelar hari ini (11/1) terpaksa ditunda lagi. Pasalnya, sakit maag yang diderita Nazaruddin semakin parah.
Sampai-sampai majelis hakim yang menyidangkan Nazaruddin membuat penetapan agar mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu menjalani pemeriksaan medis di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Tujuannya, agar Nazaruddin menjalani pemeriksaan tentang kondisi pencernaannya.
Baca Juga:
Tak berselang lama setelah persidangan dibuka, Ketua Majelis Hakim, Darmawati Ningsih menanyakan keberadaan Nazaruddin yang seharusnya dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU). Sedianya persidangan itu untuk mendengar keterangan dari tiga orang saksi, yakni anak buah Nazaruddn di PT Anak Negeri, Mindo Rosalina Manulang, Direktur Utama PT Duta Graha Indah (DGI) Tbk, Dudung Purwadi, serta manajer pemasaran PT DGI, M El Idris.
Namun tim JPU KPK justru membawakan surat dari Nazaruddin yang ditujukan ke majelis hakim. Isi suratnya, Nazar mengaku tidak bisa hadir di persidangan karena kondisi kesehatannya. "Kepada yang terhormat majelis hakim, saya tidak bisa hadir karena kurang sehatnya saya," kata Nazaruddin dalam suratnya.
JAKARTA - Persidangan kasus suap Wisma Atlet dengan terdakwa M Nazaruddin yang sedianya digelar hari ini (11/1) terpaksa ditunda lagi.
BERITA TERKAIT
- BSKDN Kemendagri Dorong Kualitas & Kuantitas Inovasi Daerah
- Ribka Kritisi Penghentian Beasiswa: Masa Depan Dokter Dipersulit, Rakyat Ditumbalkan
- Honorer Lulus PPPK 2024 Tahap 1 Sudah Dilantik, Sisanya Malam Hari
- Masa Kontrak Kerja Guru PPPK Sampai Batas Usia Pensiun, Alhamdulillah
- Gus Ipul Yakin DTSEN Bisa Percepat Penurunan Kemiskinan
- KPK Sinyalir Uang Jutaan Dolar dari Izin Tambang era Rita Mengalir ke Japto dan Ahmad Ali