Murah yang Membuat Marah
Sabtu, 30 Juli 2011 – 00:30 WIB
Pada masa lalu, memang ada semangat agar semua lembaga yang terkait dengan listrik bekerja sama dengan sebaik-baiknya. PLN sendiri pernah memberikan fasilitas agar mereka itu berkantor saja di PLN! Pembayaran-pembayaran untuk mereka sekalian saja dijadikan satu dengan biaya untuk PLN. Begitu erat hubungan itu, sehingga ada istilah sudah dan harus seperti suami-istri.
Inilah yang berubah sekarang. Hubungan itu tidak boleh seperti suami-istri. Hubungan antara PLN, kontraktor listrik, dan Konsuil haruslah hubungan profesional.
Dari sinilah lantas diketahui berapa sebenarnya biaya penyambungan yang dikenakan PLN tersebut. Lalu, banyak yang terkaget-kaget. Lalu, ada yang berdemo seperti yang di Blega itu. Namun, kalau saya Minggu pagi lalu ke Blega, itu bukan hanya karena ada masalah kekagetan tersebut. Kebetulan, saya memang ingin melakukan klarifikasi banyak hal yang selama ini mengganjal di hati. Misalnya, mengapa susut listrik (kehilangan listrik) di Madura itu yang tertinggi di Indonesia.
Saya sungguh tidak enak mendengarnya. Persentase susut listrik di Madura mencapai 20 persen. Padahal, di kabupaten-kabupaten lain di Jawa hanya sekitar 7 persen. Saya sungguh ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Saya tidak percaya hal itu merupakan wajah Madura yang sebenarnya.
He he... ternyata ada juga yang tidak senang dengan diturunkannya biaya penyambungan listrik sekarang ini. Di Blega, Madura, sejumlah orang berdemo
BERITA TERKAIT