Muslim di Australia Paling Sering Alami Tindakan Kekerasan Secara Individual

Profesor Hickey-Moody mengumpulkan anak-anak dan orang tua mereka, meminta anak-anak membuat karya seni yang menceritakan identitas mereka, kemudian mewawancarai orang tua mereka tentang pengalamannya tinggal di Australia.
Proyek yang didanai 'Australia Research Council' dan akan berakhir pada tahun 2020 ini akan menjadi studi pertama kalinya di Australia, dengan menggunakan program seni publik berskala besar dan membahas nilai-nilai sosial dalam beberapa kepercayaan di kalangan anak-anak.
Tetapi saat ia mewawancarai para orang tua, terutama perempuan Muslim, ia mendengar sulitnya kehidupan beragama di Australia.
"Salah satu ibu bercerita ada seseorang yang melewati mobilnya kemudian menurunkan kaca dan membuat bentuk pistol dengan jari-jarinya dan pura-pura menembaknya," katanya, sambil mengatakan ibu tersebut kemudian jadi takut mengajarkan agama pada anaknya, karena takut menjadi korban.

"Cerita yang melekat di kepala saya ... [seorang perempuan] dan saudara perempuannya di kota di Adelaide yang melihat perempuan tua yang berjalan dengan alat bantu."
"Mereka pergi untuk mencoba membantu perempuan tersebut, karena kelihatannya ia tidak akan bisa menyeberang."
"Tetapi ketika mereka hendak menolorong, ada pandangan penuh kebencian dan berkata 'jangan pegang saya, kau perempuan jalang, saya cuma mau kasih tahu kamu untuk kembali ke tempatmu berasal'."
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia