Muslim Uighur di Australia Bersorak Mendengar Tudingan Keras Amerika kepada Tiongkok
Kedutaan Besar Tiongkok di Canberra yang dihubungi ABC menyatakan tudingan tentang etnis Uighur adalah "kebohongan dan disinformasi yang dibuat oleh kekuatan asing anti-Tiongkok".
"Sejumlah kekuatan AS dan barat yang anti-Tiongkok terlibat melakukan fitnah terhadap tindakan di Xinjiang sebagai 'kamp konsentrasi', 'pengawasan besar-besaran', 'kerja paksa', 'sterilisasi paksa' dan 'pemisahan generasi'," demikian disekatakan dalam surat elektronik dari Kedubes Tiongkok.
"Mereka berusaha menggunakan apa yang disebut masalah HAM sebagai alasan untuk memfitnah Tiongkok," katanya.
"Semua ini sepenuhnya mengungkap sifat munafik dan niat jahat mereka dalam mengekang perkembangan di Xinjiang dan mencampuri urusan internal Tiongkok," tambahnya.
"Yang benar adalah pekerja etnis minoritas dari Xinjiang merupakan bagian tak terpisahkan dari angkatan kerja negara kami," katanya.
External Link: How Tiongkok is creating the world’s largest prison | Four Corners
Dalam siaran persnya, Proyek Hak Asasi Manusia Uighur (UHRP) mengatakan ketegasan AS untuk menyebut situasi itu sebagai genosida "memiliki implikasi substansial bagi hubungan bilateral di masa depan antara Tiongkok dan negara lain".
"Implikasinya sangat besar. Tak terbayangkan untuk melanjutkan hubungan normal dengan negara yang melakukan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan," kata Direktur UHRP Omer Kanat.
Muslim Uighur di Australia menyambut gembira dan menyatakan lega setelah Pemerintah Amerika Serikat merilis pernyataan resmi yang menuduh China telah melakukan genosida terhadap umat Islam dan etnis minoritas lainnya di Xinjiang
- Sebuah Gelombang Besar yang Menerjang Asia
- Dunia Hari Ini: Kebakaran Hutan Masih Ancam negara Bagian Victoria di Australia
- Dunia Hari Ini: 51 Pria Dijatuhkan Hukuman Atas Kasus Pemerkosaan Prancis
- Anggota Bali Nine Sudah Bebas dan Kembali ke Keluarga Masing-masing
- Dunia Hari Ini: Australia Terbangkan Warganya Keluar Vanuatu
- Pemakai Narkoba di Indonesia Kemungkinan Akan Dikirim ke Rehabilitasi, Bukan Penjara