Muslim Uighur Masuk Tim Olimpiade China, Kok Banyak yang Sewot?

Dinigeer mendapatkan kesempatan membawa obor terakhir pada pembukaan Olimpiade Beijing 2022 di Stadion Nasional pada Jumat (4/2) yang disaksikan secara langsung oleh Presiden China Xi Jinping, Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach, dan sejumlah kepala negara atau kepala pemerintahan lainnya.
Gadis Uighur berusia 20 tahun itu dipilih sebagai pembawa obor utama atas pertimbangan latar belakang sejarahnya, demikian juru bicara Olimpiade Beijing 2022 Zhao Weidong kepada pers, Minggu (6/2).
Namun penunjukan Denigeer tersebut menimbulkan kritikan dari luar China karena dianggap memolitisasi suku Uighur dalam Olimpiade yang diwarnai boikot diplomatik atas dugaan pelanggaran HAM di Xinjiang.
Juru bicara IOC Mark Adams menjawab kritikan itu dengan, "Dia di sini sebagai atlet yang berkompetisi. Seperti yang Anda ketahui dari Piagam Olimpiade, kami tidak boleh mendiskriminasikan orang atas dasar dari mana mereka berasal dan apa latar belakangnya."
Meskipun Xinjiang dicatat dunia sebagai salah satu tempat asal-usul ski, tim nasional China hanya memiliki segelintir atlet dari daerah itu.
Dua altet ski cepat dari Xinjiang pernah berlaga di Calgary Kanada 1988, Albertville Prancis 1992, dan Lillehammer Norwegia 1994.
Pada Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang 2018, dua atlet ski cepat dan ski gaya bebas asal Xinjiang juga turut berlaga.
Xinjiang telah sukses menyelenggarakan Kejuaraan Nasional Musim Dingin pada 2016.
Sejumlah atlet yang berlaga di Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 berasal dari Daerah Otonomi Xinjiang yang penduduknya mayoritas berlatar belakang etnis minoritas Muslim Uighur
- Tanpa Zheng/Huang, Ganda Campuran China di All England Tetap Mengerikan
- Menlu China Minta Warga Jepang Setop Dukung Taiwan, Ungkit Dosa Era Perang Dunia II
- Menlu China Tolak Usulan Trump soal Gaza
- Thong Guan Industries Bhd asal Malaysia Resmi Berinvestasi di KIT Batang, Jawa Tengah
- Awas, Pemegang Kripto Harus Waspada pada Perang Dagang AS vs China
- Luhut Sebut Kebijakan Donald Trump Bisa jadi Peluang Indonesia