Nahel Dibunuh, Prancis Rusuh
Oleh Dhimam Abror Djuraid
Dalam email itu, Fournier menuduh Galtier saat melatih Nice musim 2021/2022 membuat pernyataan rasis dan islamofobia. ???Ketika itu, Galtier mengeluhkan komposisi skuad Nice yang berisi banyak pemain kulit hitam dan Muslim.
Galtier juga meminta para pemainnya tidak menjalankan ibadah puasa selama Ramadan. Kasus itu bisa mengakhiri kariernya di PSG.
Prestasi Galtier juga dianggap tidak menonjol karena gagal membawa PSG yang bertabur bintang untuk berjaya di Eropa.
Sementara itu, di Swedia lagi-lagi terjadi pembakaran mushaf Al-Qur'an. Aksi itu memicu protes luas dari seluruh dunia Islam karena pemerintah Swedia memberi izin aksi tersebut.
Aksi pembakaran Al-Qur'an di Swedia bukan kali pertama terjadi. Politikus sayap kanan Swedia Rasmus Paludan sudah berkali-kali melakukannya dan masih lolos dari hukuman sehingga bebas melakukan aksi yang sama.
Pembakaran Al-Qur'an memicu protes keras. Aksi pembunuhan terhadap Nahel di Prancis juga menyulut demonstrasi besar-besaran.
Prancis disebut sebagai sumbu demokrasi dunia. Eropa mengeklaim diri sebagai pusat demokrasi dunia.
Akan tetapi, rangkaian kejadian seminggu terakhir ini menunjukkan persoalan rasisme dan islamofobia yang serius di Eropa.
Prancis dilanda kerusuhan yang dipicu tindakan polisi menembak remaja bernama Nahel M. Perbuatan itu duduga memuat sikap rasisme.
- UEFA Nations League: Italia Ganyang Prancis, Israel Hancur
- Pendiri Telegram Pavel Durov Ditangkap, Sekarang Kakaknya Juga Diburu Prancis
- Thierry Henry Mundur dari Pelatih Timnas U-23 Prancis
- Kisah Perjalanan Royke Lumowa Menempuh Jarak 20 Ribu KM dari Jakarta ke Paris
- Warga Inggris Ditangkap Polisi Gegara Meneror Sopir Bus Muslim
- Final Voli Putra Olimpiade Paris 2024: Prancis Fantastis, Polandia Menangis