Naik Apollo
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Sampai ke generasi kelima itu belum boleh ada penumpang di kursi depan. Kursi depan kiri, yang biasa untuk pengemudi, dibiarkan kosong. Pun kursi depan kanan: harus kosong. Penumpang harus hanya di kursi belakang.
Satu mobil boleh diisi tiga orang. Tiga-tiganya di kursi belakang. Ada tiga sabuk pengaman di situ.
Maka kami pun masuk bertiga bertiga. Yang lima orang lagi menunggu giliran mobil kami kembali ke pangkalan.
Setelah kami bertiga duduk mobil belum mau berjalan. Kami harus mengenakan sabuk pengaman.
Setelah itu barulah muncul beberapa pilihan di layar sentuh. Di antaranya ''start'' dan "SOS".
Kami menyentuh tanda ''start''. Mobil pun berjalan. Dua penumpang sebelah saya excited. Berfoto. Bervideo. Terutama ketika berbelok. Setirnya berputar sendiri seperti ada hantu yang memutarnya.
Saya sendiri sibuk mengingat-ingat apa beda dengan yang saya naiki di San Francisco tahun lalu. Tidak beda. Rasanya sudah lebih tidak khawatir apa-apa.
"Mobil tanpa pengemudi ini lebih disiplin. Lebih taat pada aturan lalu lintas dibanding mobil yang berpengemudi," ujar staf Apollo yang menerima kedatangan kami.