Naik Apollo

Oleh: Dahlan Iskan

Naik Apollo
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Baru di generasi kelima izin komersial diberikan. Awalnya di Wuhan saja. Lalu di 11 kota. Sudah dianggap sempurna.

Dalam perjalanan kami ke pabrik itu terlihat taksi Apollo sudah berada di jalan raya. Terlihat melaju lebih cepat dari bus kami. Beberapa anggota rombongan memotretnya dari dalam bus.

Ternyata kami justru diberi kesempatan mencobanya. Di antara kami baru saya yang pernah naik mobil tanpa pengemudi. Bagi anggota rombongan inilah kali pertama naik mobil jenis itu.

"Bagaimana kalau suatu saat tiba-tiba jaringan internetnya putus?"

"Kalau itu terjadi mobil ini akan mengurangi kecepatan untuk pelan-pelan minggir lalu berhenti di tepi jalan," kata petugas itu.

Di ruang pajang pabrik ini kami juga diperlihatkan Apollo generasi keenam. Sudah sepenuhnya ''bukan mobil biasa''.

Sampai generasi kelima, Apollo masih terlihat seperti ''mobil''. Ada setirnya. Ada dashboard-nya. Ada pedal remnya. Ada pedal gasnya.

Semua itu sebenarnya tidak diperlukan. Untuk apa? Kan, semua itu harus digerakkan oleh orang? Padahal jenis mobil ini dimaksudkan tanpa pengemudi?

Mobil tanpa pengemudi itu saat ini sudah beroperasi di 12 kota besar di Tiongkok. Saya agak heran kok pakai nama berbau Amerika.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News