Napoleon Der Bataks: Kisah Perjuangan Tuan Rondahaim Saragih

Oleh: Juliaman Saragih - Koordinator Komunitas Masyarakat Simalungun, Jakarta

Napoleon Der Bataks: Kisah Perjuangan Tuan Rondahaim Saragih
Pengurus Lembaga Kajian Isu Publik (LKIP) Juliaman Saragih. Foto: Dokpri for JPNN.com

“Napoleon der Bataks” yang disematkan oleh Belanda kepada Tuan Rondahaim yang tidak pernah menyerah dan tidak pernah ditangkap, tidak lain karena kekokohan pribadinya yang memegang prinsip, dan itu dikaui oleh Belanda dengan jujur.

Konsistensi memegang prinsip merupakan karakter pribadi Tuan Rondahaim Saragih. Konsistensi prinsip ini sangat diperlukan bagi seorang panglima perang atau panglima Goraga seperti Tuan Rondahaim Saragih.

Tanpa konsistensi prinsip ini seorang panglima goraga tidak akan pernah memenangi medan pertempuran. Sebaliknya dengan mengengam konsistensi prinsip dalam hidup ini, Tuan Rondahaim Saragih dapat menegakkan aura dan wibawanya menjadi pangliam perang sekaligus penguasa lokal yang disegani dan tidak terkalahkan di Sumatera Timur.

Orang yang memegang konsistensi prinsip lazimnya adalah pribadi tanpa pernah kompromi. Jika melihat pribadi Tuan Rondahaim Saragih yang tanpa kompromi ini tampak cenderung kaku dan tak mengenal belas kasih. Tetapi sesungguhnya dengan sikap tanpa kompromi ini, ia mampu membangun spirit kebersamaan, berbagi penderitaan dan persaudaraan.

Dengan sikap tanpa kompromi ini Tuan Rondahaim Saragih mampu menjalin semangat kesatuan dan persatuan dalam keberagaman lintas pasukan perangnya untuk menentang dan mengusir kekuasaan bangsa asing di Sumatera Timur.

Terakhir, surat Gubernur Sumatera Utara No. 400.9.15/3028/2024, 26 Maret 2024, merekomendasikan penerima Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama (1999), Pejuang Kemerdekaan, Napoleon Der Bataks, Tuan Rondahaim Saragih kepada Menteri Sosial RI dan oleh Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan Pusat diajukan untuk dapat disetujui dan ditetapkan Presiden Prabowo Subianto menerima Anugerah Gelar Pahlawan Nasional Pertama berasal dari Tokoh Simalungun, Sumatera Utara, pada 10 November 2024.

Sekali lagi, melalui kutipan buku Napoleon Der Bataks (Erika Revida Saragih [et.al], Medan, USU Press, 2013), kami ingin menyorong data dan fakta sejarah perjuangan Tuan Rondahaim Saragih asal Simalungun, Sumatera Utara, yang besar dan luar biasa hingga akhir hidupnya untuk menghadang beroperasinya kekuasaan Belanda yang mencengkeram Sumatera Timur, maupun beroperasinya industri perkebunan yang eksploitatif dan rasis.(***)

Tuan Rondahaim Saragih pantas mendapatkan gelar pahlawan nasional atas semangat patriotisme dan sikap mendahulukan kepentingan rakyat ketimbangkan pribadi.


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News