Narsih: Sekarang Susah Banget Cari Pelanggan

Peluang ekonomi Indonesia untuk pulih dengan model V (V-shaped economy recovery) enipis. Kans lebih besar bagi Indonesia adalah pemulihan dalam bentuk V namun dengan garis kanan yang lebih landai, tidak curam.
Artinya pemulihan ekonomi Indonesia tidak akan berjalan dalam garis kurva yang cepat. Hal yang perlu diwaspadai adalah jika fase resesi berjalan lama seperti huruf U, atau malah dengan pemulihan yang tidak menentu seperti huruf L.
Bank Dunia dalam kajian terbarunya memperkirakan ekonomi Indonesia akan terkontraksi hingga minus 1,6 persen sampai 2 persen untuk keseluruhan 2020, atau pertama kalinya pertumbuhan ekonomi negatif untuk keseluruhan tahun sejak 1998.
Teori ekonomi Keynesian menyebutkan pentingnya permintaan agregat sebagai penggerak perekonomian.
Konsumsi, yang menggerakkan siklus perekonomian, harus didukung dengan pengeluaran pemerintah, terlebih ketika ekonomi sedang lesu.
Ketika perlambatan ekonomi terjadi, masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah seperti Nahrowi dan Narsih menjadi segmen yang sangat terpukul.
Tak heran, pemerintah melipatgandakan program-program dalam jaring pengaman sosial untuk penanganan dampak COVID-19.
Menurut data Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), pemerintah di akhir September 2020 sudah menghabiskan Rp318,5 triliun atau 45,8 persen dari total anggaran Penanganan COVID-19 dan PEN Rp695,2 triliun.
Narsih, perempuan usia 20 tahun, mengatakan saat ini tidak gampang untuk mendapatkan pelanggan.
- Dapat Sambutan Positif, Ramadan Rhapsody 2025 Raup Omzet Fantastis
- Digitalisasi Transaksi Dorong UMKM Pontianak Bersaing di Kancah Nasional
- Keren! Rumah Tamadun Ubah Limbah Jadi Lapangan Kerja Bagi Perempuan dan Warga Binaan
- Sukses Sebelum 30: Eks Pegawai Sukses Merintis Brand Lokal Kingman Bersama Shopee
- Bea Cukai Dorong Potensi Daerah ke Pasar Global dengan Gencar Sosialisasi Ekspor
- Jumhur Hidayat: Alhamdulillah, Satgas PHK Segera Dibentuk dan Presiden Prabowo Bakal Hadiri Peringatan MayDay