Nasi Cum Laude

Oleh Dahlan Iskan

Nasi Cum Laude
Foto/ilustrasi: disway.id

Nah, ini baru ingat. Sedikit.

Zaman itu kalau saya lagi senam selalu saja ada yang menunggui. Di kejauhan. Tapi dari body language mereka saya tahu: menunggu saya selesai senam.

Biasanya ada seribu urusan yang mereka ajukan.

Di antara mereka itu ada juga yang remaja. Saya lupa nama-nama mereka. Sering ada remaja seperti itu.

Yang Hapsa itu minta dibantu. Ia memenuhi syarat masuk Universitas Surya, tetapi tidak punya uang.

Orang tuanya sudah lama bangkrut. Kontraktor bangunan. Ludes. Semua rumahnya sudah dijual. Demikian juga tanah-tanahnya. Habis. Tinggal di rumah kontrakan.

Hapsa tidak minta uang.

Ia 'hanya' minta saya sebagai penjamin. Ada pinjaman mahasiswa. Disebut kredit tanpa agunan (KTA). Yang tidak perlu mengembalikan. Asal: nilainya tinggi terus. Tidak pernah menurun.

Hari itu saya sahur nasi porang. Habis sahur saya baca WA dari nomor tanpa nama.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News