Nasib Benny

Oleh Dahlan Iskan

Nasib Benny
Dahlan Iskan.

Memangnya mau mengaku?

Benny bukan orang bodoh.

Benny itu sudah belajar main saham sejak umur 19 tahun. Sejak masih SMA. Yakni menggunakan uang jajan dari ayahnya --si pewaris Batik Keris Solo. Yang terkenal itu. Benny adalah cucu pendiri perusahaan batik itu.

Namun MTN bukan satu-satunya transaksi antara Jiwasraya dan perusahaan Bentjok. Masih ada lagi transaksi lewat pasar modal: membeli saham Hanson International milik Bentjok.

Jiwasraya belanja saham Hanson Internasional ketika harganya Rp 1.300/lembar. Sebanyak Rp 760 miliar.

Banyak yang menilai itu kemahalan, tetapi itulah harga resmi di pasar modal. Setahun kemudian harga saham itu naik drastis. Menjadi Rp 1.865/lembar.

Saat inilah mestinya Jiwasraya jual saham. Bisa untung lebih Rp 100 miliar.

Namun itu tidak dilakukan. Mungkin menunggu harga naik lagi. Padahal setelah itu saham Hanson terjun bebas. Ke dasar jurang yang paling dalam: tinggal Rp 50/lembar.

Kalau Anda direktur utama dari sebuah perusahaan yang bukan milik Anda, komisi gelap itu sangat menggiurkan. Apalagi kalau pemilik perusahaan itu negara.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News