Nasib Industri Rokok Tradisional Cirebon
Jumat, 25 Juni 2010 – 13:51 WIB
CIREBON - Tidak hanya kerajinan cobek batu saja yang dimiliki wilayah Timur Cirebon (WTC). Kerajinan rokok kretek yang terletak di Desa Astanalanggar, Kecamatan Losari juga bisa dijadikan sumber PAD yang cukup potensial apabila digarap dengan baik. Kuwu Astanalanggar, Gurotin Mas’ud mengatakan kondisi industri rokok kretek yang berada di desanya tengah kembang kempis. Hal ini diakibatkan regulasi pemerintah soal pita cukai. ”Kalau dulu kita setor cukai menggunakan persentase, sekarang menggunakan pita cukai yang diambil dari keuntungan perbatang,” paparnya.
Pada era tahun 1960-an industri kerajinan rokok kretek Desa Astanalanggar memasuki era keemasannya. Tiap rumah di desa yang bersebelahan langsung dengan sungai Cisanggarung ini hampir membuat rokok kretek. Namun, dengan berjalannya waktu industri padat karya ini mengalami kemunduran. Saat ini hanya ada sekitar 5 pabrik rokok rumahan yang masih bertahan. Itu pun tidak setiap saat beroperasi, tergantung keberadaan modal dan pesanan pasar.
Baca Juga:
Salahsatunya adalah pabrik rokok (PR) Subur milik H Kusen. Saat Radar mengunjungi pabrik yang terlihat sederhana ini, ada sekitar 12 orang pekerja yang tengah sibuk melinting dan mengepak rokok kretek dengan merek dagang Panah Mas. Sayangnya, koran ini belum bisa bertemu dengan pemilik, H Kusen karena sedang tidak ada ditempat.
Baca Juga: