Nasib Kakak

Oleh: Dahlan Iskan

Nasib Kakak
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Terhadap pertanyaannya kali ini saya sulit menjawab, apalagi dia menyertakan argumen: "padahal malaikat pun takkan menanyakan sekolah di mana, lulusan apa, dan gelarnya apa saja".

Baca Juga:

Sebenarnya saya ingin menjelaskan teori deskripsi dalam jurnalisme. AKan tetapi terlalu berat.

Ingin juga saya kemukakan itulah ajaran kewartawanan yang saya wariskan sejak dulu, tetapi apa perlunya.

Maka justru saya ingin membuat gemes wanita Disway itu. Saya pun mengiriminya WA.

"Mengapa latar belakang pendidikan ditulis secara dentil? Mungkin karena yang menulis artikel ini hanya lulusan SMA! Iri? Cemburu?" jawab saya.

Saya tahu kebiasaan wanita Disway satu itu. Suka ngambek, apalagi kalau dia mendengar saya ke Cirebon tanpa memberi tahunya. Bisa 100 WA harus saya baca dengan perasaan merasa berdosa.

Kali ini, membaca jawaban itu, ternyata dia tidak gondok. Dia lebih tertarik mengomentari soal iri dan cemburu itu. Dia merasa punya teman yang juga hanya tamatan SMA.

"Saya bersyukur meski hanya rampung madrasah. Itu pun sambil ngasuh adikku yang no 2 dan 3. Saya diizinkan masuk sekolah sambil mengasuh adik karena guru-gurunya tetanggaku sendiri".

Orang seperti wanita Disway Indramayu inilah yang paling marah setiap kali membaca berita korupsi. Atau penyalahgunaan kekuasaan. Atau nepotisme.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News