Nasib Kakak

Oleh: Dahlan Iskan

Nasib Kakak
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

"Waktu itu kalau saya enggak boleh bawa adik masuk kelas, saya enggak mungkin bisa belajar. Adik-adikku pasti ngerengek nangis di luar kelas".

Akhirnya wanita Disway Indramayu itu tidak lanjut ke universitas, padahal sering mendapat nilai 100. Dia harus menghidupi dua adik dan ibunya.

Waktu itu pilihan tersulit baginya. Sekolah atau mencari nafkah.

Nilai akademiknya begitu baik, tetapi dia kakak tertua. Harus memberi makan dua adik dan ibunda.

Kerja pun tidak banyak pilihan. Tidak boleh jauh dari desanya: harus sambil merawat ibunda.

"Enggak apa-apa. Saya gak butuh gelar akademis. Saya lebih bangga jadi kakak yang baik. Bisa ngayomi adik-adik, meringankan beban orang tua.

Hingga kini saya tidak menyesali pilihan itu," tulisnya.

Orang seperti wanita Disway Indramayu inilah yang paling marah setiap kali membaca berita korupsi. Atau penyalahgunaan kekuasaan. Atau nepotisme.

Orang seperti wanita Disway Indramayu inilah yang paling marah setiap kali membaca berita korupsi. Atau penyalahgunaan kekuasaan. Atau nepotisme.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News