Nasihat Murid

Dahlan Iskan

Nasihat Murid
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Pernah, Pak Tanri mengumumkan akan berhenti sebagai rektor. Lalu akan diangkat seorang Plt Rektor. Disebutkan namanya: Prof Sudarsono. Akan tetapi lama-lama tidak terdengar lagi kelanjutan soal pejabat rektor itu.

Ketika Pak Tanri meninggal dunia dua hari lalu, jabatan rektor TAU kosong.

Rupanya membangun perguruan tinggi memang mudah. Yang sulit adalah mengembangkannya. Sebelum mengembangkan pun masih ada yang juga sulit: membuat daya tarik bagi mahasiswa baru.

Belakangan satu jurusan harus ditutup: teknik elektro. Beberapa jurusan hanya memiliki mahasiswa kurang dari 20 orang. Yang laku --sayangnya-- hanya jurusan komunikasi. Jurusan unggulan seperti teknik dan bisnis kurang peminat.

Pak Tanri telah pergi. Sang istri, mantan dosen di situ, tidak banyak terlibat. Akan tetapi masih ada putra pertama dari almarhumah istri yang dulu: Emil Abeng.

Emil, anak nak muda itu, mungkin akan punya kiat baru untuk megembangkan warisan sang ayah. Kalaupun Emil belum doktor, toh banyak doktor di dunia pendidikan yang hebat-hebat di luar sana.

Yang saya kaget: ada teman yang kemarin memberitahu saya. Ternyata ada nama saya di daftar dewan penasihat TAU.

Saya pun ingat: Pak Tanri pernah memberitahu saya untuk jadi salah satu penasehat. Lama sekali. Rasanya saat saya masih menjadi sesuatu dulu.

Ada orang selain Tanri Abeng yang terpaksa kuliah S-3 agar bisa memimpin universitas: KH Asep Syaifuddin Halim.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News