Nasionalisme Bola
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Jenis patriotisme ini terpuji, terutama ketika dikombinasikan dengan kebanggan seorang prajurit.
Rasa kebanggaan nasional semacam itu wajar di Amerika Serikat.
Namun, di Eropa selalu dikaitkan dengan pembantaian masal, karena sejarah masa lalu memang menceritakan begitu.
Orang Inggris yang melarikan diri dari pendudukan musuh, masih percaya bahwa mereka memenangi Perang Dunia Kedua sendirian—tentu saja dengan "sedikit bantuan" dari Yankee, pasukan Amerika Serikat--masih memiliki kesiapan berperang. Mereka luar biasa.
Oleh karena itu, bisa jadi perilaku agresif dan hooliganisme para penggemar sepak bola Inggris berasal dari sana.
Namun, saat rasa nasionalisme diredam oleh budaya masyarakat Eropa yang berbudaya, stadion sepak bola tetap keras kepala di dunia pra-Perang Dunia Kedua. Sama halnya dengan glorifikasi aksi pembunuhan yang terus dirayakan dalam bentuk ritual para matador melawan banteng di Spanyol.
Sampai sekarang perasaan tersebut tercurahkan dalam arena sepak bola.
Perasaan layaknya kemeriahan pesta, karnaval di Euro 2020. Sesungguhnya mereka memiliki sesuatu yang lebih gelap, lebih agresif, terutama ketika pertandingan yang dipenuhi syarat memori historis.
Euro 2020 akan menjadi momentum penting nasionalisme baru Eropa. Mungkin, juara baru akan lahir.
- Mengenal Jejak Sejarah Lagu Indonesia Raya di Hari Pahlawan
- Peringati Hari Pahlawan, Yayasan Gema Salam Wujudkan Semangat Nasionalisme
- Habib Luthfi Ajak Masyarakat Bersatu Jaga Nasionalisme, Jangan Mau Dipecah Belah
- Dosen FISIP UPNVJ Gelar Pelatihan Nasionalisme untuk PMI di Malaysia
- Southgate Resmi Mundur dari Timnas Inggris
- Final EURO 2024 Spanyol vs Inggris: Rodri Mengemban Peran Kunci sebagai 'Komputer'