Nasionalisme Bola

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Nasionalisme Bola
Ilustrasi perempat final EURO 2020. Foto: Twitter@EURO2020

Misalnya pertandingan antara Belanda dan Jerman atau Jerman dan Polandia, cenderung menjadi pengulangan perang, baik sebagai tayangan ulang kekalahan melankolis atau sebagai balas dendam masa lalu.

Ketika Belanda mengalahkan Jerman di semifinal kejuaran Eropa 1988, seolah-olah keadilan akhirnya ditegakkan.

Lebih banyak orang Belanda muncul di jalan-jalan di Amsterdam untuk merayakannya dibandingkan ketika negara itu dibebaskan pada bulan Mei 1945.

Kebanggaan rasa Jerman dianggap menjadi sangat beracun setelah Hitler Reich mengibarkan bendera Jerman. Sampai saat ini ada rasa malu yang terpendam di kalangan suporter Jerman tiap kali mendukung Der Panzer menghadapi lawan-lawannya sesama negara Eropa.

Namun, orang Jerman tidak mampu sepenuhnya menekan perasaan seperti itu. Orang Jerman yang lebih tua masih mengingat kemenangan mereka yang terkenal atas tim Hungaria yang luar biasa pada tahun 1954.

Itu adalah pertama kalinya sejak kekalahan mereka di masa perang, yang membuat Jerman merasa bangga dengan diri mereka sendiri.

Itulah kemenangan yang bisa mereka rayakan. Setelah bertahun-tahun merasa bersalah dan kehilangan, kini orang Jerman telah kembali.

Seperti yang lainnya, bentuk patriotisme berubah seiring waktu. Alasan kebanggaan nasional beragam.

Euro 2020 akan menjadi momentum penting nasionalisme baru Eropa. Mungkin, juara baru akan lahir.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News