Nawal, Film Menolak Lupa Sejarah Kelam Aksi 1998
Nawal berkisah tentang seorang mahasiswa bernama Mahatma atau biasa disapa Maha, yang mendapat kabar bahwa banyak rekannya sesama aktivis pro demokrasi hilang dan diduga diculik penguasa.
BACA JUGA : Jokowi Terima Aksi Kamisan, Wiranto Cabut dari Istana
Ibunda Maha yang mengetahui hal tersebut melarang putera kesayangannya itu untuk kembali ke Jakarta. Namun Maha tetap bersikeras kembali ke Jakarta untuk mengetahui keadaan teman-temannya. Akhirnya dia juga ikut diculik.
Ibu dan adiknya, Drupadi, menunggu kepulangan Maha. Pada akhirnya mereka tahu bahwa Maha dihilangkan secara paksa. Namun mereka selalu berharap Maha akan kembali di pagi hari dan memakan sarapan kesukaannya bersama mereka.
Menurut sang sutradara, Bayu Adityo Prabowo, film Nawal adalah sebuah pesan tentang rasa kemanusiaan yang mungkin luput dari perhatian kita semua.
"Sudah 21 tahun berlalu, mereka lenyap, keluarga mereka tetap menanti hingga hari ini. Semangat perjuangan mereka tetap hidup dan tidak akan pernah mati," ujar sutradara jebolan Institut Kesenian Jakarta ini.
Sementara menurut para pemainnya, yang terdiri dari tiga generasi, yakni kelahiran tahun 1970-an, 1990- an, dan 2000-an, sepakat bahwa film ini merupakan salah satu upaya agar tragedi kemanusiaan pada masa reformasi tetap menjadi bahan renungan bagi generasi Indonesia di masa-masa mendatang.
Noviya Setiyawaty, pemeran Ibu, yang saat mahasiswa mengalami langsung bagaimana hiruk pikuk aksi demonstrasi mahasiswa menuntut reformasi, bahkan hingga terjebak dan saat massa mengepung kampusnya ketika kerusuhan Mei 1998, merasa film ini seperti membawanya ke masa-masa mencekam
saat itu.
Komnas HAM mencatat ada 23 aktivis pro demokrasi yang menjadi korban penculikan dan penghilangan paksa pada 1997-1998.
- Soroti Kegagalan Jokowi, Aktivis '98 Dorong Petisi Penuntasan Peristiwa 27 Juli
- Jokowi Hapus Cita-cita Reformasi yang Dibangun Sejak 1998
- Aktivis '98 Beri Rapor Merah untuk Rezim Jokowi: Demokrasi Buruk, KKN Begitu Vulgar
- 26 Tahun Reformasi, Aktivis '98: Kejamnya Orde Baru Tidak Boleh Dilupakan
- Peringati Reformasi, Aktivis Minta Rezim Baru Tidak Membelokkan Sejarah
- TPPO di Sulteng Sangat Meresahkan, Pemerintah Harus Turun Tangan