Nawal, Film Menolak Lupa Sejarah Kelam Aksi 1998
"Nawal membawa saya kembali bercermin ke masa tragedi reformasi 1998, bercermin kembali pada kejadian tragis yang menjadikan Indonesia berada di titik sekarang ini. Namun, film ini mampu membawa saya menyelami satu sisi yang sempat luput dari perhatian saya, yaitu sisi derita dan arti sebuah kehilangan dari seorang ibu, dalam sebuah keluarga," ujar ibu empat anak yang sehari-harinya berprofesi
sebagai pendidik dan pemain teater ini.
Hal senada diungkapkan Julfikar Mahaputra, pemeran tokoh Maha. Menurutnya, film Nawal mengingatkan kita semua, bahwa kemewahan yang didapat kita sebagai bangsa Indonesia hari ini adalah hasil perjuangan yang tidak mudah.
"Yang kita nikmati hari ini adalah hasil perjuangan yang sertai tetesan darah dan airmata para pejuang reformasi. Sampai detik ini, keadilan adalah hal yang dirasa tak pernah dicicipi oleh keluarga korban oleh sebab itu satu kata yang tak boleh lepas dari sekedar menolak lupa, LAWAN," tandas Julfikar.
Film NAWAL pertama kalinya diputar untuk umum bertempat di Gedung Kemuning Gading, Komplek Balaikota Bogor. Sekitar 300 orang menjadi penonton perdana film berdurasi 18 menit ini secara gratis. (flo/jpnn)
Komnas HAM mencatat ada 23 aktivis pro demokrasi yang menjadi korban penculikan dan penghilangan paksa pada 1997-1998.
Redaktur & Reporter : Natalia
- Soroti Kegagalan Jokowi, Aktivis '98 Dorong Petisi Penuntasan Peristiwa 27 Juli
- Jokowi Hapus Cita-cita Reformasi yang Dibangun Sejak 1998
- Aktivis '98 Beri Rapor Merah untuk Rezim Jokowi: Demokrasi Buruk, KKN Begitu Vulgar
- 26 Tahun Reformasi, Aktivis '98: Kejamnya Orde Baru Tidak Boleh Dilupakan
- Peringati Reformasi, Aktivis Minta Rezim Baru Tidak Membelokkan Sejarah
- TPPO di Sulteng Sangat Meresahkan, Pemerintah Harus Turun Tangan