Nazaruddin, Elite Demokrat yang Terseret Kasus Suap Sesmenpora (1)

Keluarga Kaya di Siantar, Bangkrut setelah Ortu Meninggal

Nazaruddin, Elite Demokrat yang Terseret Kasus Suap Sesmenpora (1)
Nazaruddin, Elite Demokrat yang Terseret Kasus Suap Sesmenpora (1)
"Pokoknya keluarga mereka itu pebisnis tangguh. Era kejayaan mereka pada 1980-an hingga 1990-an. Ayah Nazaruddin-lah yang menyuplai bahan-bahan bangunan untuk pembangunan gedung-gedung di Pemkab Simalungun. Warga Sipisis hingga Tanah Jawa mengambil pasir dan batu padas dari ayah Nazaruddin," tuturnya.

 

"Keluarga Nazaruddin mengalami kemerosotan bisnis sejak ayahnya meninggal. Mereka tidak bisa mengendalikan bisnis keluarga. Lalu, mereka pindah ke Pekanbaru," jelas perempuan yang menjadi pegawai Tata Usaha SMP Teladan itu.

 

Sepengetahuan dia, Abdul Latif mengalami sakit saat mengurus salah satu sopirnya yang menabrak warga. Saat itu Abdul Latif berada di Pengadilan Negeri (PN) Simalungun dan tiba-tiba penyakitnya kambuh. Dia dibawa ke rumah sakit dan meninggal dunia di Kota Siantar. Sedangkan ibu Nazaruddin meninggal dunia lima tahun kemudian. "Keluarga mereka mau meminjamkan uang kepada warga. Jika tidak mampu mengembalikan, tidak dipaksa," tambahnya.

 

Sementara itu, Mishun mengaku menjadi sopir pada keluarga Nazaruddin pada 1975?1978. Saat itu, kata dia, kendaraan angkutan milik keluarga tersebut 14 unit. Di antaranya,  6 unit truk Toyota dan 8 unit Chevrolet. Orang tua Nazaruddin dilaporkan paling kaya saat itu dengan memiliki usaha penyuplai pasir dan batu padas untuk bangunan-bangunan milik pemerintah.

 

Muhammad Nazaruddin mendadak terkenal setelah nama mantan bendahara umum Partai Demokrat itu "dicokot" tersangka suap Sesmenpora Mindo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News