Nazly Hilmy PhD, Pelopor Berdirinya Bank Jaringan di Indonesia

Minim Pendonor, Tulang Sapi Bisa Gantikan Tulang Manusia

Nazly Hilmy PhD, Pelopor Berdirinya Bank Jaringan di Indonesia
Nazly Hilmy PhD, Pelopor Berdirinya Bank Jaringan di Indonesia
   

Sebelum mendirikan bank jaringan, perempuan 71 tahun itu sering mengikuti forum internasional. Pada 1976, dia bergabung dengan IAEA (International Atomic Energy Agency). Di situ dia mengikuti banyak proyek IAEA. Salah satunya proses sterilisasi radiasi atau menyeterilkan alat kesehatan dengan radiasi. Alat sterilisasi itu disebut iridiator. Selain itu, sel-sel yang tersimpan di bank jaringan perlu disterilkan dengan alat khusus.

   

Ketika itu, kata dia, Batan hanya memiliki empat iridiator. Karena itu, untuk mengembangkan alat ini agar bisa diproduksi dalam jumlah banyak, Batan mengalihkan teknologi ke swasta. Sebuah perusahaan swasta di Cibitung, Bekasi, dipercaya memproduksi iridiator. Setelah itu, ilmu tersebut terus berkembang. Pada 1983, sterilisasi radiasi produk bank jaringan mulai dilakukan. Empat tahun kemudian, bank jaringan mulai memproduksi berbagai sel jaringan seperti membran amnion maupun sel jaringan tulang. Setelah itu, produknya mulai dipasarkan. Untuk memasarkannya, Bank Jaringan Batan bekerja sama dengan beberapa rumah sakit. Misalnya, RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dan RS Dr M. Djamil Padang.

   

Dia menjelaskan, bank jaringan adalah organisasi kesehatan nirlaba. Tujuan didirikannya instansi itu untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mensterilkan sel jaringan tubuh manusia. Sel-sel ini akan sangat berguna bila terjadi tragedi kebakaran, kecelakaan, atau bencana alam yang mengakibatkan banyak korban luka.

Selain itu, keberadaannya akan membantu proses operasi. Tentu saja sesuai jenis operasi dan jenis sel yang tersimpan di bank jaringan. Lantaran instansi itu bersifat nirlaba, produk sel jaringan yang dihasilkan tidak diperjualbelikan. Penerima hanya mengganti biaya screening. "Tidak boleh ambil keuntungan," tegasnya.

Belum banyak orang Indonesia yang tergerak untuk mendonorkan organ atau sel jaringan tubuhnya. Padahal, kesadaran itu akan banyak menyelamatkan masa

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News