Negara Afrika Ini Tidak Terima Warganya Ditembak Mati Polisi Amerika
jpnn.com - Pemerintah Gambia menuntut dilakukannya penyelidikan yang transparan terhadap kasus penembakan ke salah satu warganya oleh anggota kepolisian Amerika Serikat di negara bagian Georgia pekan lalu.
Penembakan diyakini terjadi setelah polisi berusaha mengejar seorang warga Gambia saat ia mengendarai mobil.
GBI pada Selasa (2/6) menyebut pengendara mobil adalah Momodou Lamin Sisay, warga Gambia yang tinggal di Lithonia. Lamin Sisay, 39, merupakan anak dari Lare Sisay, seorang diplomat Gambia yang bekerja untuk Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP).
Pernyataan resmi GBI menerangkan penyelidikan awal menunjukkan beberapa anggota kepolisian mengejar Lamin Sisay karena ia menolak berhenti saat diminta polisi. Petugas meyakini plat mobil Lamin Sisay bermasalah.
Lewat pernyataan resminya, GBI menjelaskan mobil yang dikendarai Lamin Sisay berhenti tiba-tiba dan petugas pun mendekatinya. Namun, Lamin Sisay menodongkan senjata ke arah petugas.
Petugas pun menembak kendaraan Lamin Sisay dan mundur untuk berlindung di balik mobil polisi.
Saat tim SWAT berhadapan dengan Lamin Sisay, ia menembak ke arah petugas dan salah satu dari mereka membalas tembakan tersebut. Sisay pun tewas di tempat kejadian, terang pernyataan itu.
Kementerian Luar Negeri Gambia telah meminta kedutaan besar untuk menghubungi otoritas terkait di AS agar ada penyelidikan yang transparan, kredibel, dan objektif terhadap kasus penembakan itu.
Negara Afrika ini menuntut dilakukannya penyelidikan yang transparan terhadap kasus penembakan ke salah satu warganya oleh anggota kepolisian Amerika Serikat
- Cacar Monyet Jadi Masalah Kesehatan Publik Utama di Afrika
- Afrika Minta Barat Kucurkan Rp 9,2 T untuk Penanganan Cacar Monyet
- China Janji Guyur Afrika dengan Hibah Militer Rp 2,1 T
- Menparekraf: HLF-MSP dan IAF ke-2 2024 Perkuat Citra Indonesia di Kawasan Afrika
- Tutup Forum Parlemen RI-Afrika, Puan: Lawan Kebijakan yang Hambat Kemajuan Negara Berkembang
- Membuka IAPF di Bali, Puan Singgung RI-Afrika Punya Sejarah Panjang Sejak KAA di Era Presiden Soekarno