Negara Afrika Ini Tidak Terima Warganya Ditembak Mati Polisi Amerika
Ayah Sisay, Lare Sisay, sebagaimana dikutip media di Gambia, mengatakan ia tidak akan berkomentar sebelum ada hasil otopsi dari penyelidik independen. Diplomat Gambia itu mengatakan anaknya merupakan "orang yang membenci kekerasan".
Sejumlah pemimpin di Afrika mengutuk kekerasan yang dilakukan kepolisian di Amerika Serikat dalam beberapa pekan terakhir, khususnya setelah seorang warga kulit hitam, George Floyd, tewas setelah disiksa oleh seorang polisi di Minneapolis.
Floyd tewas pada 25 Mei setelah seorang anggota Kepolisian Minneapolis, Derek Chauvin, berlutut di atas lehernya selama hampir sembilan menit sampai ia akhirnya tewas kehabisan napas. Chauvin telah dicopot dari kesatuannya dan dituntut bersalah atas dua pasal pembunuhan. (ant/dil/jpnn)
Negara Afrika ini menuntut dilakukannya penyelidikan yang transparan terhadap kasus penembakan ke salah satu warganya oleh anggota kepolisian Amerika Serikat
Redaktur & Reporter : Adil
- Cacar Monyet Jadi Masalah Kesehatan Publik Utama di Afrika
- Afrika Minta Barat Kucurkan Rp 9,2 T untuk Penanganan Cacar Monyet
- China Janji Guyur Afrika dengan Hibah Militer Rp 2,1 T
- Menparekraf: HLF-MSP dan IAF ke-2 2024 Perkuat Citra Indonesia di Kawasan Afrika
- Tutup Forum Parlemen RI-Afrika, Puan: Lawan Kebijakan yang Hambat Kemajuan Negara Berkembang
- Membuka IAPF di Bali, Puan Singgung RI-Afrika Punya Sejarah Panjang Sejak KAA di Era Presiden Soekarno