Negara dengan Pemimpin Perempuan Lebih Sukses Tangani Krisis Virus Corona?

Gaya komunikasi empatik

Hani Yulindrasari juga melihat gaya komunikasi yang empatik dari para pemimpin perempuan yang membedakan mereka dengan pemimpin lain.
"Saya membaca tiga pidato pemimpin perempuan Angela Markel, Jacinda Ardern, dan Tsai Ing-Wen tentang kebijakan negaranya dalam menghadapi pandemik ini," kata Hani.
Ketiga pemimpin tersebut menurutnya menggunakan bahasa-bahasa yang membujuk dan empatik yang penuh kepedulian dan kasih.
Angela Markel menggunakan pengalaman pribadinya sebagai seseorang survivor holocaust yang pernah kehilangan kemerdekaan dirinya untuk menggugah kesadaran dan kepedulian masyarakat bahwa pandemic ini bisa berdampak pada kehidupan personal mereka.
Angela Markel juga menggugah rasa empati masyarakat untuk saling membantu dan bekerja sama dalam mengatasi pandemi.
"Jacinda Ardern meminta masyarakat Selandia Baru untuk 'fokus pada kebaikan', 'bersatu melawan COVID-19', dan menggunakan istilah 'tim kita berjumlah jutaan'," kata Hani lagi.
Gaya komunikasi yang sama ditunjukkan oleh Presiden Taiwan Tsai Ing-wen yang mengatakan kepada warganya bahwa kerjasama berbagai pihak di Taiwan adalah kunci keberhasilan.
Sejumlah negara yang pemerintahannya dipimpin Perempuan, dinilai berhasil menangani COVID-19
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia