Negara Tak Mampu Kelola Dinamika, Ormas Merajalela
Kamis, 14 Juni 2012 – 22:44 WIB

Negara Tak Mampu Kelola Dinamika, Ormas Merajalela
JAKARTA - Pengamat hukum tata negara Refly Harun mengkhawatirkan adanya indikasi negara tidak lagi mampu mengelola dinamika yang terjadi di masyarakat. Ujung-ujungnya, rancangan undang-undang organisasi kemasyarakatan (ormas) yang kini masih dibahas DPR akan menjadi "kambing hitam".
Hal tersebut disampaikan Refly Harun saat menjadi narasumber dalam diskusi Dialektika Demokrasi bertema "Tarik Ulur RUU Ormas" di press room DPR, gedung Nusantara III, komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Kamis (14/6). Menurutnya, jika UU Nomor 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyaratan dirasa tidak pas lagi karena lebih menonjolkan sifat represifnya, maka secara hukum negara bisa menggunakan UU lainnya seperti Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
"Kalau ada ormas yang merugikan orang lain, atau ada indikasi sebuah ormas tidak berfungsi sebagaimana mestinya kan bisa dituntut ke Pengadilan dengan KUHP atau UU lainnya. Hakim tidak punya hak untuk menolak sebuah perkara dengan alasan belum ada UU yang mengatur atau sebuah ormas belum atau sudah terdaftar," ujar Refly.
Masalah ormas asing yang kini diributkan oleh banyak pihak, Refly memiliki dua dugaan. Pertama, bisa saja karena pemerintah memang tak tahan kritik. Kedua, bisa jadi ormas dari luar negeri itu memang ilegal.
JAKARTA - Pengamat hukum tata negara Refly Harun mengkhawatirkan adanya indikasi negara tidak lagi mampu mengelola dinamika yang terjadi di masyarakat.
BERITA TERKAIT
- Guru Vokalis Band Sukatani Dipecat, P2G Marah Besar
- Peduli Kesehatan Mental Pelaut, PIS Gandeng Federasi Internasional
- Lari jadi Tren di Masyarakat, Waka MPR: Harus Didukung Upaya Wujudkan Udara Bersih
- Pemprov Jateng Berkomitmen Berikan Tali Asih Bagi Anak-anak Penghafal Al-Qur'an 30 Juz
- Honorarium Honorer di Bawah Rp 500 Ribu, Gaji PPPK Paruh Waktu Piro?
- Nakhodai IKA PMII, Fathan Subchi Siap Wujudkan Indonesia Emas 2045