Negara yang Mampu Tangani COVID-19 Memiliki Pemimpin yang Dipercaya Rakyatnya

Tapi beberapa negara demokratis dengan populasi besar, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, kemudian gagal memanfaatkan hal itu karena mereka tidak memberlakukan langkah-langkah kesehatan yang ketat seperti 'lockdown'.
Herve menjelaskan 10 negara terbaik ini mencakup negara demokrasi liberal, rezim otoriter dan campuran.
Namun semuanya memiliki kesamaan yaitu menikmati manfaat dari aturan kesehatan yang ketat dan efektif.
"Yang membedakan respons yang efektif terhadap pandemi bukanlah tentang tipe rezim di negara itu. Tapi apakah rakyat mempercayai pemimpin mereka dan apakah pemimpin itu kompeten dan efektif," ujar Herve.
"Hal ini tampaknya menguntungkan negara-negara dengan populasi kecil, masyarakat yang lebih kohesif, dan institusi yang lebih mampu," tambahnya.
Herve menyebutkan negara-negara kaya umumnya lebih mampu mengelola pandemi daripada negara-negara miskin pada tahap awal, tetapi kemudian kehilangan keunggulan pada akhir tahun 2020.
Hal itu terlihat ketika penularan virus kembali melonjak di negara-negara Eropa dan Amerika Utara.
"Salah satu temuan penting kami yaitu tak ada kesenjangan kemampuan antara negara berkembang dan negara kaya, karena langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi virus hanya memerlukan teknologi rendah," katanya.
Meskipun tergolong sebagai negara berkembang, Vietnam berhasil menempati urutan kedua terbaik di dunia dalam penanganan COVID-19
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- 30 WN Vietnam Ditangkap, 2 Kapal Ikan Ilegal Diamankan di Perairan Indonesia
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam