Nelayan Dipukuli Petugas Patroli Malaysia

Nelayan Dipukuli Petugas Patroli Malaysia
Nelayan Dipukuli Petugas Patroli Malaysia
“Biasanya, ketika berpapasan atau bertemu kapal patroli Indonesia. Kapal patroli lewat begitu saja, tetapi ini, kok, semakin mendekat. Melihat gelagat tidak sedap dan asap hitam mengepul dan bukan kebiasaan kapal kita berasap hitam. Kami pun memotong tali pancing dan bergerak menjauh dari kapal itu,” tukasnya.

SekitaR 15 menit kemudian, kapal Cecep dapat ‘dipepet’ kapal patroli yang berbendera Malaysia. Cecep dan ketiga awak lainnya, diminta naik ke kapal mereka. Jamali, 32 tahun, Ismaini, 35 tahun, dan Sarbaini, 30 tahun, dikawal menuju lantai bawah kapal patroli itu, sementara Cecep di bawa ke buritan dekat meriam kapal tersebut.

Cecep mengaku sebagai tokeng atau pawang atau mengepalai awak kapal. Lalu, Cecep diintrogasi macam-macam, termasuk siapa toke kapal itu, apa kamu tentara, mana surat kapal, SK dirinya sebagai tokeng, juga pemaksaan tiga patroli agar Cecep mengakui bersalah, telah memasuki wilayah perairan Malaysia.

Merasa tidak berdaya dan dibawah todongan senjata laras panjang, juga dipukuli bagian wajah dan kepalanya serta diinjak-injak dipunggungnya oleh salah satu petugas patroli itu, Cecep pun terpaksa mengaku bersalah dan tidak akan mengulangi memasuki wilayah perairan mereka. Diakui Cecep, kalau mereka ditangkap petugas patroli Malaysia yang bernomor lambung 137 itu, sekira pukul 18.30 WIB pada tanggal 15 Oktober 2010. Ketika dipukuli itu, Cecep mengatakan kalau kapal yang mereka bawa bukan kepunyaan toke, tetapi anak yatim yang berusia 12 tahun korban tsunami.

BANDA ACEH -- Satu nelayan Aceh, Sepakul Asmar alias Cecep, 45 tahun, menjadi korban pemukulan petugas patroli Malaysia di Perairan dekat Pulau Berhala.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News