Nelayan Lebak Keluhkan Ekonomi Terpuruk karena Larangan Ekspor Benur
jpnn.com, JAKARTA - Ratusan nelayan di Desa Muara, Kecamatan Wanassalam, Kabupaten Lebak, Banten, mengungkapkan keluh kesahnya terkait penutupan ekspor benur atau benih bening lobster (BBL).
Hal ini mereka sampaikan dalam dialog antara nelayan dengan Penggiat Budidaya Lobster Nusantara (PBLN) di Binangeun, Desa Muara, Sabtu (5/8).
Salah satu istri nelayan, Siti, mengaku perekonomian keluarganya sebetulnya sempat membaik saat mulai menangkap benur.
Namun, baru beberapa tahun bisa merasakan perekonomian keluarga meningkat muncul larangan ekspor benur, sehingga perekonomian keluarga kembali merosot.
"Intinya kami ingin sekali penangkapan benih lobster legal. Jadi, enggak ada istilah sembunyi-sembunyi. Bahkan ada pengusaha-pengusaha yang selalu ditangkap," kata Siti.
Dia juga menyebutkan saat ini para nelayan di wilayahnya tidak bisa mengandalkan perekonomian keluarga dari hasil tangkapan ikan.
Pasalnya, jumlah tangkapan ikan tidak menentu akibat cuaca buruk, sedangkan jumlah benur lebih banyak dan lebih bernilai ekonomi tinggi.
"Jadi, bawa lobster pakai plastik hitam supaya enggak kelihatan. Kalau (menangkap) benih lobster legal, lebih sejahtera lagi nelayan ini," lanjutnya.
Ratusan nelayan di Desa Muara, Kecamatan Wanassalam, Kabupaten Lebak, Banten, mengungkapkan keluh kesahnya terkait penutupan ekspor benur
- Paket Insentif Ekonomi dari Pemerintah Jadi Angin Segar bagi Industri Otomotif
- Pasar Keuangan Global Makin Tak Pasti, Negara Berkembang Perlu Waspada
- Ini 4 Syarat Mutlak UMKM agar Bisa Naik Kelas
- Menko Airlangga Tata Ulang Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Kemenko Perekonomian
- Kemenkop Meluncurkan Logo Baru, Lambang Kebangkitan Koperasi
- Kado HUT ke-67 untuk Masyarakat, Pertamina Terus Tambah Desa Energi Berdikari