Neraca Indonesia-Tiongkok Defisit
Selasa, 03 Januari 2012 – 09:18 WIB

Neraca Indonesia-Tiongkok Defisit
Bulan November 2011, BPS tidak mencatat adanya ekspor jenis-jenis batubara tersebut ke Tiongkok, juga produk minyak kernel kelapa sawit mentah yang pada Oktober meningkat tajam. Neraca perdagangan Indonesia dengan Tiongkok tercatat mulai defisit tahun 2008 dan kondisi tersebut terus bertahan hingga tahun 2010.
Baca Juga:
Selama Januari-September tahun 2011 neraca perdagangan dengan negeri tirai bambu itu tercatat masih defisit. BPS baru mencatat penyusutan defisit neraca perdagangan dengan Tiongkok akibat peningkatan pertumbuhan ekspor ke negara itu pada bulan Juni 2011.
BPS kemarin juga mengumumkan laju inflasi selama Januari hingga Desember 2011 hanya 3,79 persen, jauh lebih rendah dibanding 2010 yang mencapai 6,96 persen. Jenis barang dan jasa yang dominan menyumbang inflasi utamanya beras yang mengkontribusi 0,54 persen, emas perhiasan 0,34 persen, rokok kretek filter 0,22 persen, dan tarif sewa rumah 0,21 persen.
Selain itu, inflasi juga disumbangkan oleh tarif angkutan udara 0,19 persen, ikan segar 0,18 persen, uang sekolah SLTA 0,10 persen, tarif kontrak rumah 0,09 persen dan nasi dengan lauk 0,08 persen. “Dilihat dari besarnya sumbangan atau andil inflasi, kelompok bahan makanan merupakan penyumbang terbesar pada 2011 diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau,” kata Pelaksana tugas Kepala BPS, Suryamin.
JAKARTA – Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, neraca perdagangan nonmigas Indonesia dengan Tiongkok yang untuk pertama kalinya mencatat
BERITA TERKAIT
- Kementan Gelar Forum Komunikasi Publik Standar Pelayanan RIPH
- SAFF & Co. Hadirkan MORFOSIA, Perpaduan Seni Instalasi dan Aroma di Central Park
- Perkuat Hubungan Dua Negara, Mohsein Saleh Al Badegel Pertemukan Bamsoet & KADIN Saudi
- Digitalisasi Transaksi Dorong UMKM Pontianak Bersaing di Kancah Nasional
- Tanggapi Perang Tarif Trump, Partai Gelora Dorong BPI Danantara Berinvestasi di AS
- Modernland Realty Pangkas Beban Utang Obligasi Luar Negeri Sebesar Rp1,7 Triliun