Neraca Perdagangan Hanya Naik Tipis
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan kesiapan menambah pasokan CPO ke Tiongkok.
Peningkatan demand tersebut dinilai menjadi momentum pemulihan kinerja ekspor yang melandai pada kuartal pertama 2017.
”Tiongkok adalah pasar terbesar (CPO Indonesia) setelah India dan Pakistan,” kata Juru Bicara Gapki Tofan Mahdi kemarin (15/5).
Permintaan sejumlah negara pasar CPO RI saat ini menurun karena meningkatnya pasokan rapeseed (rapa).
Pada Maret lalu, India mencatatkan penurunan permintaan CPO sebesar 27 persen menjadi 430,03 ribu ton, diikuti Tiongkok yang turun 18 persen dari 344.09 ribu ton pada Februari menjadi 322.14 ribu ton pada Maret lalu.
India juga baru saja merilis regulasi penurunan tarif impor minyak bunga matahari dari 30 persen menjadi sepuluh persen yang efektif berlaku pada 1 April 2017.
Hal tersebut mengakibatkan para pedagang menahan pembelian minyak sawit dan akan menaikkan pembelian minyak bunga matahari.
Di sisi lain, nilai ekspor CPO ke negara-negara Uni Eropa masih meningkat meski pada pertengahan Maret lalu parlemen Uni Eropa mengeluarkan resolusi soal sawit dan pelarangan biodiesel berbasis sawit.
Nilai perdagangan Indonesia mengalami surplus USD 1,24 miliar pada April 2017 lalu.
- Lantik Pajabat Baru, Dewan Nasional KEK Sampaikan Pesan Ini, Silakan Disimak
- Jembatani Kebutuhan Diaspora, Master Bagasi Dukung Pertumbuhan Ekonomi
- Meraih Peluang Ekonomi di Tahun 2025
- Sektor Ekraf dan UMKM Harus Dibantu Guna Mendongkrak Pertumbuhan Ekonomi
- BPS Optimistis Pasar Otomotif Indonesia Pada 2025 Masih Bisa Bertumbuh
- Hilirisasi Mineral, Strategi Utama Mencapai Pertumbuhan Ekonomi 8%