Netanyahu Plinplan, Hubungan Israel-AS Retak, Palestina Menangguk Ini
jpnn.com - PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu berkali-kali menjilat ludahnya sendiri. Pada 2009 Netanyahu menyatakan mendukung penyelesaian dua negara atau two state solution atas konflik dengan Palestina. Namun, saat kampanye pemilu parlemen Israel pada Selasa (17/3), dia menampik hal tersebut. Dia bahkan mengungkapkan, selama dalam pengawasannya, Palestina tidak bakal berdiri.
Bukan hanya itu, dia juga meminta para pendukungnya keluar dan menangkal dampak dari para pemilih yang merupakan warga Arab Israel. Dia menyebut pemilih Arab tersebut berbondong-bondong menuju ke tempat pemungutan suara.
Kini setelah mendapatkan tekanan dari Amerika Serikat (AS) atas pernyataannya itu, dia lagi-lagi menjilat ludah. Dia takut sekutu sekaligus pendukung utama negaranya tersebut bakal mengabaikannya. Saat diwawancara usai pemilu parlemen, pejabat yang akrab disapa dengan sebutan Bibi itu kembali menyatakan mendukung penyelesaian konflik damai antardua negara dengan Palestina.
"Saya tidak menginginkan solusi satu negara. Saya ingin penyelesaian dua negara yang damai dan berkelanjutan. Tapi, keadaan harus berubah untuk membuat hal tersebut terwujud," ujarnya kepada NBC pada Kamis (19/3). "Saya tidak pernah menarik ucapan saya di Universitas Bar Ilan enam tahun lalu. Apa yang telah berubah saat ini adalah kenyataan," kilahnya terkait dengan pernyataannya yang berubah-ubah.
Dia menegaskan bahwa Palestina harus berubah jika ingin berdamai. Mereka harus mengabaikan pakta pembentukan pemerintahan bersama antara Hamas dan Fatah. Selama ini Israel dan AS memang menuding Hamas sebagai kelompok militan.
Sayangnya, pernyataan tersebut tidak membuat sekutu utama Israel percaya. Hubungan Israel dan AS telanjur rusak pasca pernyataan provokatif Netanyahu pada kampanye pemilu parlemen lalu. Obama bahkan secara langsung menelepon Netanyahu dan menyatakan akan meninjau ulang hubungan dua negara itu.
"Pernyataannya (Netanyahu, Red) tentang pemilih Arab Israel telah merusak hubungan antara Israel dan AS," ucap juru bicara Gedung Putih Josh Earnest.
Hal senada diungkapkan juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki. Dia menepis pernyataan Netanyahu yang dilontarkan saat wawancara dengan NBC. "Netanyahu adalah seorang perdana menteri ketika membuat pernyataan tiga hari lalu (saat kampanye parlemen, Red) seperti sekarang. Kami tidak bisa melupakan komentar tersebut," tegasnya.
Kerenggangan hubungan Israel dan AS itu diperkirakan berbuah positif untuk Palestina. Seorang pejabat senior di Gedung Putih menuturkan pada New York Times bahwa AS mungkin akan memberi dukungan terhadap resolusi dari Dewan Keamanan (DK) PBB.
Yaitu, mendukung terbentuknya Palestina. Dengan begitu, penyelesaian konflik antara Israel dan Palestina bisa dilakukan antardua negara dan perbatasan Israel kembali pada tahun 1967. Jika itu terjadi, Israel mau tidak mau harus mengembalikan lahan yang mereka caplok dari Palestina. Termasuk yang telah mereka bangun menjadi permukiman. (CNN/NBC News/Hareetz/New York Times/sha/c20/ami/jpnn)
PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu berkali-kali menjilat ludahnya sendiri. Pada 2009 Netanyahu menyatakan mendukung penyelesaian dua negara
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Dokter Asal Arab Saudi Pelaku Serangan yang Menewaskan 2 Orang di Pasar Natal
- Pengelolaan Perbatasan RI-PNG Jadi Sorotan Utama di Sidang ke 38 JBC
- Bertemu PM Pakistan, Prabowo Bahas Peningkatan Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan
- 13 Orang Tewas dalam Kecelakaan Kapal di India Bagian Barat
- Demi Perdamaian, Negara Tetangga Minta Ukraina Ikhlaskan Wilayahnya Dicaplok Rusia
- Bertemu Paus Fransiskus, Arsjad Rasjid Bawa Misi Kemanusiaan