New Normal ala Australia, Negara Lain Belum Tentu Bisa
"Semakin banyak orang dites semakin jelas bagi pemerintah untuk melihat petanya, jika ada kasus-kasus tersembunyi," jelasnya.
'Membutuhkan kerjasama'
Berikut adalah sejumlah pernyataan dari jurnalis ABC Indonesia soal arti pelonggaran pembatasan sosial dan bagaimana menyambut 'new normal'.
"Jangan disalahpahami, 'oh Australia saja sudah dibuka', jangan sampai ada negara lain, katakanlah Indonesia, kemudian menjadikan Australia sebagai rujukan, ujar Farid Ibrahim.
"Tidak kemudian keadaan membaik boleh keluar, boleh bekerja kembali ke kantor lagi, karena butuh persiapan … seperti bagaimana transportasi publiknya dipersiapkan," kata Sastra Wijaya.
"Aturan boleh ada 50 orang di satu ruangan, tapi … harus memenuhi syarat empat meter persegi per orang, jadi kalau ruangannya hanya 50 meter persegi ya enggak boleh ada 50 orang," ungkap Hellena Souisa.
"Kita harus merasa diri kita yang punya virus. Dengan memiliki pikiran seperti itu, kita jadi lebih berhati-hati saat berinteraksi dengan orang lain, karena kita tak mau menularkannya ke orang lain, meski kita terlihat sehat," kata Erwin Renaldi.
"Dalam menghadapi pandemi ini, kita membutuhkan kerjasama satu sama lain dan kesadaran yang tinggi akan orang-orang di sekitar kita juga," jelas Natasya.
Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di Australia hanya di ABC Indonesia
Kondisi new normal sedang banyak dibicarakan di hampir semua negara, termasuk di Australia dan Indonesia. ABC Indonesia membahasnya dalam diskusi online
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Tampil Cantik di Premiere Wicked Australia, Marion Jola Dapat Wejangan dari Ariana Grande dan Cynthia Erivo
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan