Ngabalin Sering Tak Santun, Apa Tumon Jika Jadi Jubir Presiden?

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing menilai Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin tidak tepat jika menjadi juru bicara kepresidenan.
Direktur eksekutif Emrus Corner itu menyampaikan hal tersebut guna menanggapi kabar tentang Ngabalin bakal menjadi jubir bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggantikan Fadjroel Rachman yang segera menempati posisi Duta Besar RI untuk Kazakhstan merangkap Republik Tajikistan.
Menurut Emrus, jubir kepresidenan harus sosok yang matang dan dewasa dalam berkomunikasi, termasuk untuk urusan memilih diksi.
Namun, akademisi Universitas Pelita Harapan itu menganggap Ngabalin bukan figur yang pintar memilih diksi, bahkan sering menimbulkan polemik yang panjang.
"Bukankah Ngabalin acap kali menggunakan diksi-diksi untuk menjawab pandangan orang lain tentang sesuatu hal dan menimbulkan polemik?" kata Emrus kepada JPNN.com, Selasa (14/9)
Syahdan, Emrus mencontohkan respons Ngabalin terhadap pernyataan Rizal Ramli akhir-akhir ini.
"Pemilihan diksi yang tidak pas. Meski yang mengkritik juga offside, tetapi dijawab juga dengan pilihan diksi yang menurut saya tidak pas," tuturnya.
Emrus juga menegaskan diksi yang dipilih Ngabalin kerap tidak memenuhi unsur pendidikan komunikasi di ruang publik.
Pengamat politik Emrus Sihombing menanggapi isu yang menyebut Ali Mochtar Ngabalin bakal menjadi jubir kepresidenan menggantikan Fadjroel Rachman.
- PSI Paling Dekat dengan Jokowi, Wajar Mengadopsi Partai Super Tbk
- PSI Adopsi Ide Partai Super Tbk Jokowi, Ini Kata Pakar soal Dampaknya
- Siap Bergabung, Bara JP Nilai Partai Super Tbk ala Jokowi Punya Potensi Besar
- Survei LPI, Boni Hargens: Jokowi Tepat Jadi 'Penasihat Agung' Presiden Prabowo
- PSI Perorangan Kendaraan Politik Anyar Jokowi? Pakar Bilang Begini
- Sebut Partai Perorangan Sudah Diadopsi, Jokowi Ingin Membesarkan PSI?