Ngaji Wagiman
Oleh: Dahlan Iskan
Sekian tahun kemudian si arsitek diminta mendesain proyek pompa bensin. Proyek itu perlu tanah. Wagiman diminta ikut mencari tanah. Dapat. Cocok. Lokasinya maupun harganya. Wagiman dapat komisi.
Itulah kali pertama Wagiman dapat uang besar.
Dari sang arsitek itu, Ir Arti Siswoyo, asal Solo, Wagiman belajar menangani proyek.
Gajinya sebagai pembantu ia kirim ke desa. Ia bangun rumah ibunya. Komisi besarnya dari pembelian tanah ia pakai menaikkan haji ayah dan ibunya.
Wagiman lulusan SD; tetapi pemikirannya seperti arsitek dan pimpinan proyek. Ia pun menemukan takdirnya: jadi kontraktor. Ia selalu mendapat proyek membangun rumah perorangan. Kian banyak. Kian besar.
Meski sudah kaya, Wagiman terus menjaga hubungan dengan kampungnya di Pati. Ia kawini gadis desanya. Punya dua anak: laki-perempuan.
Di desanya sudah ada masjid. Bahkan tiga. Lebih banyak lagi langgarnya. "Sekarang tiap RT punya musala," katanya. Islamisasi jelas terjadi di desa-desa. Selama Orde Baru.
Rupanya kualitas bangunan proyek Wagiman selalu memuaskan bohirnya. "Saya tidak pakai pembukuan. Yang penting untung meski sedikit," katanya.