Nicholaus Prasetya, Pemenang Sayembara Ahmad Wahib yang Terinspirasi Tragedi Reformasi
Tiga Hari Disembunyikan Tetangga di Rumah Sebelah
Minggu, 18 November 2012 – 00:18 WIB
Dalam esai delapan halaman tersebut, dia menuliskan romantisme 14 tahun silam, beserta orang-orang yang berani menantang mainstream. Bagi Nicho, sosok tetangga yang baik, yang menawarkan tempat persembunyian bagi keluarganya, merupakan salah satu pihak yang berani menentang mainstream itu.
Sejumlah warga pribumi melakukan hal yang sama seperti tetangga Nicho. Mereka telah menyelamatkan warga-warga Tionghoa dari kerusuhan kala itu. Di tengah isu diskriminasi terhadap etnis tertentu, rupanya, masih banyak warga yang bersikap toleran terhadap keberagaman.
"Dalam persembunyian itu, saya dan keluarga hidup membaur dengan anak-anak si tuan rumah. Kami makan bersama. Tidur bersama mereka di kasur tipis yang digelar di lantai. Kami tidak merasakan adanya perbedaan itu. Kami merasa sama," ungkapnya sambil menggeser letak gelang hitam di tangan kirinya.
Pengalaman Nicho yang mendalam itulah yang membuat tim juri sayembara Ahmad Wahib Award dengan tema Inspirasi untuk Toleransi terperangah. Karya esai Nicho yang berjudul Ahmad Wahib: Ketika "Yang Lain" Menjadi Subjek akhirnya dinobatkan sebagai pemenang dalam lomba dua tahunan itu.
Toleransi atas ras, suku, agama, dan budaya hampir menjadi tema besar secara keseluruhan tulisan Nicholaus Prasetya. Ide besarnya tentang toleransi
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408