Nicholaus Prasetya, Pemenang Sayembara Ahmad Wahib yang Terinspirasi Tragedi Reformasi
Tiga Hari Disembunyikan Tetangga di Rumah Sebelah
Minggu, 18 November 2012 – 00:18 WIB
Nicho menyelaraskan langkah yang belum usai dari Ahmad Wahib, sang pemikir. Logika eksak yang digelutinya tidak mengendurkan jiwa Nicho untuk peka terhadap realitas sehari-hari. Gagasan Ahmad Wahib tentang agama, Tuhan, dan diversitas atau keberagaman itu menjadi rangsangan bagi Nicho untuk terus menulis tentang perdamaian dan pemikiran berani untuk membela mereka yang hidup dalam minoritas.
"Selama ini kita terlalu kaku dan rigid. Tidak bisa menerima perbedaan itu. Padahal, ada identitas kita yang saling bersinggungan," terangnya.
Bagi Nicho, dalam dunia yang semakin kompleks dan manusia dituntut menerima keberagaman, dibutuhkan suatu hukum yang toleran. "Namun, hukum kita saat ini masih berdasar intoleransi," tegasnya.
Menurut dia, produk hukum yang berdasar intoleransi agama, misalnya, akan menjadi tempat persembunyian para oknum dan penjahat yang tak menginginkan perdamaian. Nicho mempersoalkan pelarangan pembangunan bahkan pencabutan izin rumah ibadah. "Dalam hal inilah seharusnya regulator yang mengedepankan toleransi kepada agama lain lebih objektif," tuturnya. (*/c5/ari)
Toleransi atas ras, suku, agama, dan budaya hampir menjadi tema besar secara keseluruhan tulisan Nicholaus Prasetya. Ide besarnya tentang toleransi
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408