Nike Contoh Korporasi, Korea Contoh Negara
“Maka total benefit dari jasa desain dan marketing adalah 15% plus 20 persen, jadi 35 persen. Coba bandingkan dengan negara-negara berkembang yang hanya memperoleh 5 persen margin dari manufacturing! Hanya cukup untuk membayar UMR saja!” ucap Arief sedih.
Arief Yahya menyadari, untuk kepentingan penyerapan tenaga kerja, UMR pun oke saja. Point yang terpenting bukan di situ, tetapi services atau jasa memiliki value add yang jauh lebih besar daripada manufacturing. “Negara-negara yang mengandalkan services, sukses melompat maju. Singapore, Hongkong, Dubai, Doha, Abu Dhabi, juga contoh yang baik, negara yang maju karena mengandalkan financial service,” ungkapnya.
Pariwisata, menurut dia, adalah sektor jasa atau service. “Kalau kita sudah tahu bahwa ke depan itu era creative industry? Gelombang cultural industry menanti di depan mata? Perusahaan services punya prospek kuat? Google yang dibangun dengan 20 orang dalam waktu cepat menjadi raksasa dunia, dengan value USD 500 M? WhatsApp yang rugi memiliki valuasi USD 20 M? Mengapa harus ragu mengalokasikan budget yang proporsional untuk mendorong creative industry?” kata Arief Yahya.
Pertanyaan lanjutan adalah: Apakah kita mampu? Apakah pariwisata Indonesia sanggup bersaing? Kenapa tidak? Saat ini Indonesia masih jauh di bawah Malaysia, Singapura, dan Thailand. Dari data kunjungan wisman, Indonesia baru tembus 10,4 juta, Singapore 15 juta, Malaysia 25 juta, Thailand 30 juta. “Saya yakin, dalam dua tahun akan mengalahkan Malaysia, dan dalam empat tahun mengalahkan Thailand,” jelas Arief Yahya.
Tanda-tanda itu sudah bisa dilihat dari tahun 2015 ini. Pertumbuhan atau growth wisman ke Indonesia, naik 10,3 persen. ASEAN naik 5,1 persen. Dunia naik 4,4 persen. Singapura naik 0,9 persen, Malaysia turun 15,7 persen, dan Thailand naik 20,4 persen.
“Dari country branding, Wonderful Indonesia naik menjadi peringkat 47, dari sebelumnya tidak punya peringkat. Itu sudah mengalahkan Truly Asia Malaysia papan 96, termasuk Amazing Thailand peringkat 83,” ungkap dia yang mengambil referensi dari World Economic Forum 2015.
Berbagai kompetisi yang digelar secara resmi (official) oleh lembaga resmi yang mengurusi pariwisata dunia, Indonesia juga membuktikan lebih hebat. World Halal Travel Award 2015, di Abu Dhabi, Uni Arab Emirate, Indonesia menyabet 3 penghargaan. Malaysia yang selama ini menjadi rajanya “halal destination” tidak mendapatkan apa-apa.
Dari UNWTO Award 2016 di Madrid Spanyol, Indonesia juga menyabet 3 penghargaan, sedangkan Malaysia nihil. Lalu di level regional ASEAN, melalui ASEANTA Award di Manila, Filipina, Indonesia merebut 3 penghargaan, Malaysia 2 award. “Maka skor sementara 10 : 2 untuk Wonderful Indonesia,” jelasnya.
- Kapolres Banyuasin Membagikan Makanan Bergizi Gratis untuk Siswa SDN 13 Air Kumbang
- Camat Diminta Lebih Peka Atasi Isu Wilayah dan Penyusunan Anggaran
- Tanah Longsor di Padang Lawas, 4 Orang Meninggal Dunia
- Irjen Andi Rian Kerahkan 1.471 Personel Kawal Pemungutan Suara Pilkada 2024 di Sumsel
- Ditresnarkoba Polda Sumsel Memusnahkan Sabu-Sabu 2.689,06 Gram dan 657 Butir Ekstasi
- DPRD Kota Bogor Gelar Sidak ke OPD, Pastikan Pelayanan Tetap Optimal