Nikmati saja, Dengarkan Nyanyian Gurun
NAIK-turun bukit pasir yang panas dan kering di Qatar sungguh menegangkan sekaligus mengasyikkan. Berikut laporan wartawan Jawa Pos ANGGIT SATRIYO NUGROHO yang baru pulang dari negeri kaya minyak itu.
------------
AZAN salat Asar baru saja berkumandang ketika Toyota Land Cruiser yang mengangkut empat penumpang membelah pusat Kota Doha. Dua mobil dengan tipe yang sama mengikuti dari belakang, seperti sedang berkejar-kejaran.
Rommy, sopir mobil yang melaju terdepan yang mengangkut rombongan wartawan dan PT Indosat, memang seperti buru-buru sampai ke padang pasir. Padang pasir tersebut terletak di pinggiran ibu kota Qatar itu, tepatnya di wilayah Al Warkah.
Perjalanan lumayan lancar. Pada jam-jam itu, arus para karyawan belum banyak memadati jalan-jalan untuk pulang ke rumah masing-masing. Layaknya kota-kota lain di dunia, Doha juga mengalami problem kemacetan.
Tapi, Qatar yang kaya raya itu sudah mengambil sejumlah langkah untuk mengatasi persoalan kemacetan tersebut. Kini di mana-mana dibangun jaringan transportasi masal. Tiang-tiang monorel dibangun di pinggiran. Sebentar lagi pembangunan konstruksi juga sampai pusat kota.
Sambil mengemudikan mobil, Rommy yang berasal dari Gaza, Palestina, itu bercerita bahwa 16 tahun lalu di Doha begitu mudah ditemukan gurun pasir. Ketika itu pembangunan properti belum menggeliat seperti akhir-akhir ini.
Kini, untuk mengajak turis ngebut di gurun, dia harus menepi hingga ke pinggiran kota. ”Dahulu bangunan besar hanya Hotel Sheraton. Lainnya gurun pasir,” terang pria yang sudah 40 tahun tinggal di Qatar tersebut.
Dia mengungkapkan, kini gurun pasir hanya tersisa di kawasan pinggiran. Dia memprediksi, dalam waktu sepuluh tahun lagi, gurun tersebut bakal makin berkurang karena terdesak pembangunan.
Apalagi, pemerintah membikin kebijakan menghadiahkan tanah seluas 1.000 meter persegi kepada warga asli yang menikahi sesama orang Qatar. "Otomatis untuk mengajak turis harus makin ke pinggir lagi," terangya.
NAIK-turun bukit pasir yang panas dan kering di Qatar sungguh menegangkan sekaligus mengasyikkan. Berikut laporan wartawan Jawa Pos ANGGIT SATRIYO
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara