Nila Tanzil yang Gigih Menyemai Budaya Membaca di Indonesia Timur

Rutin Rotasi Buku Taman Bacaan agar Tak Bosan

Nila Tanzil yang Gigih Menyemai Budaya Membaca di Indonesia Timur
Nila Tanzil saat ditemui di kantornya, di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Foto: Sekaring Ratri/Jawa Pos
Kalau ditotal, modal awal mendirikan tiap TBP mencapai Rp 10 juta. Semua buku untuk keperluan TBP tersebut dibawanya sendiri dengan naik pesawat. Akhirnya, tepat pada 5 Desember 2009, TBP pertama berdiri di Kampung Roe.

"Aku nggak nyangka melihat antusiasme anak-anak waktu kali pertama TBP didirikan. Mereka langsung menyerbu lemari bukunya. Rasanya seneng banget," urainya.

Melihat antusiasme yang tinggi tersebut, Nila pun tidak ingin TBP hanya ada di satu lokasi. Apalagi, masih banyak anak di daerah terpencil di kawasan Indonesia Timur yang bernasib serupa.

Anak kedua di antara tiga bersaudara itu pun segera terpikir untuk membuat TBP di kawasan-kawasan lain. Lagi-lagi karena modal hanya berasal dari kantong pribadi, Nila pun hanya bisa mendirikan tiga TBP lagi. Yakni, TBP di Kampung Melo, Kampung Komodo, dan Desa Nampar Macing. Ketiganya berada di NTT.

Selama tiga tahun terakhir, Nila Tanzil sudah mendirikan 24 Taman Bacaan Pelangi di berbagai pelosok Indonesia Timur. Berdampak pada peningkatan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News