Nila Tanzil yang Gigih Menyemai Budaya Membaca di Indonesia Timur
Rutin Rotasi Buku Taman Bacaan agar Tak Bosan
Sabtu, 25 Agustus 2012 – 00:05 WIB
Kalau ditotal, modal awal mendirikan tiap TBP mencapai Rp 10 juta. Semua buku untuk keperluan TBP tersebut dibawanya sendiri dengan naik pesawat. Akhirnya, tepat pada 5 Desember 2009, TBP pertama berdiri di Kampung Roe.
"Aku nggak nyangka melihat antusiasme anak-anak waktu kali pertama TBP didirikan. Mereka langsung menyerbu lemari bukunya. Rasanya seneng banget," urainya.
Melihat antusiasme yang tinggi tersebut, Nila pun tidak ingin TBP hanya ada di satu lokasi. Apalagi, masih banyak anak di daerah terpencil di kawasan Indonesia Timur yang bernasib serupa.
Anak kedua di antara tiga bersaudara itu pun segera terpikir untuk membuat TBP di kawasan-kawasan lain. Lagi-lagi karena modal hanya berasal dari kantong pribadi, Nila pun hanya bisa mendirikan tiga TBP lagi. Yakni, TBP di Kampung Melo, Kampung Komodo, dan Desa Nampar Macing. Ketiganya berada di NTT.
Selama tiga tahun terakhir, Nila Tanzil sudah mendirikan 24 Taman Bacaan Pelangi di berbagai pelosok Indonesia Timur. Berdampak pada peningkatan
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408