Nilai Budaya Simalungun Dalam Perjuangan Tuan Rondahaim

Oleh: Pdt. Juandaha Raya Purba Dasuha - Pendeta GKPS dan Budayawan Simalungun

Nilai Budaya Simalungun Dalam Perjuangan Tuan Rondahaim
Pendeta GKPS dan Budayawan Simalungun, Pdt. Juandaha Raya Purba Dasuha. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com - Etnis Simalungun seperti etnis suku lainnya memiliki nilai budaya lokal (local wisdom) yang berlaku dalam kehidupan tradisional orang Simalungun sejak suku Simalungun ada.

Nilai-nilai budaya orang Simalungun digambarkan dalam falsafah hidup, kesenian, dan adat istiadatnya.

Nilai budaya Simalungun berbeda, misalnya, dengan suku Toba yang menekankan 3-H (hagabeon, hamoraon, hasangapon), menitikberatkan pada materialistis dan prestise.

Sementara nilai budaya Simalungun memperjuangkan habonaron (kebenaran dan keadilan), sebagai landasan dan cita-cita hidup orang Simalungun.

Terkait dengan penerbitan ulang buku Biografi Tuan Rondahaim Saragih, “Sebuah Kisah Kepahlawanan Menentang Penjajahan di Simalungun, Penulis Pandita Raya J. Wismar Saragih, penerbit NCBI-PMS, Juli 2024”, ada beberapa nilai budaya Simalungun yang melatar-belakangi perjuangan Tuan Rondahaim Saragih menentang penjajah Belanda, yaitu:

1. Habonaron do Bona sebagai jalan dan landasan hidup orang Simalungun sejak zaman Kerajaan Nagur, hidup dan berkembang dalam kesehari-hariannya.

Nilai budaya yang mengajarkan sikap jujur, adil dan benar dalam kehidupan, dan filosofi ini betul-betul dipegang teguh oleh Tuan Rondahaim selama hidupnya, seperti:

a). Amang bani haganup

Tuan Rondahaim adalah amang tempat rakyat mengadu untuk setiap persoalan baik nafkah, silang sengketa, perkara bahkan perjodohan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News