No Day
Oleh: Dahlan Iskan
Untuk itu, Rabu lusa Veddriq pulang ke Pontianak. Dia akan diarak di sebuah pawai keliling kota menyambut prestasinya di Paris.
Saya salah sangka. Saya pikir kirab itu dilakukan di hari Minggu kemarin, saat saya di Pontianak.
Hari itu ternyata Veddriq masih di IKN. Dia diundang menghadiri upacara kenegaraan HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang untuk kali pertama dilakukan di luar Jakarta.
Pawai Rabu lusa dilakukan sejak dari Bandara Supadio. Yakni sejak Veddriq mendarat dari Jakarta. Setelah pawai, Veddriq akan pulang ke Gang Harapan --kumpul dengan ayah ibu dan adiknya.
Rumah di Gang Harapan itu kini sudah lebih baik dibanding Veddriq belum juara nasional. Semuanya Veddriq yang membiayai. Ekonomi Veddriq memang kian baik.
Sedangkan ekonomi ayahnya menurun. Order ukiran terus merosot. Perabot kayu kian langka. Kayu sudah digantikan plastik dan bahan olahan lainnya.
”Veddriq...minta...saya...berhenti....kerja," ujar Sumaryanto lirih.
Matanya sembab saat bercerita soal kebaikan hati anaknya itu. Dia berlinang. Tersedak. Terdiam. Lama. Wajahnya menengadah ke langit-langit.