Nomaden Digital, Fenomena Baru Warga Asing di Bali

Sarah Hill menemukan gaya hidup nomaden digital secara tidak sengaja.
"Saya selesai kuliah dan berpikir akan mendapatkan pekerjaan di kota, tapi hal itu tidak terjadi," ujar perempuan Australia ini.
Sebagai gantinya, perancang grafis dan website berusia 30 tahun asal Cronulla itu, bekerja sebagai manajer merek untuk sekolah memasak. Ia belakangan mengurangi jam kerjanya dan mengambil kerja sampingan. Dia mampu menghidupi dirinya, namun mendapati hampir tidak mungkin menambung di Sydney.
"Saya lihat harga sewa di Sydney sangat sulit sebagai jomblo," ujarnya lagi.
"Mencoba menabung untuk beli properti begitu sulitnya," katanya.
Ketika Sarah Hill pindah ke Noosa untuk tinggal bersama ayahnya demi menghemat uang sewa, ternyata dia tidak perlu berada di kota yang sama dengan klien-kliennya.
Dalam dua tahun terakhir, dia telah menghabiskan waktu di Thailand, Vietnam, Spanyol, Inggris dan Bali, bekerja lepas dari tempat kerja bersama sesekali dan kemudian pindah ke lokasi berikutnya.
"Saya pikir saya tidak bisa lagi kembali bekerja penuh untuk orang lain," katanya.
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia